Kalau dulu bolos, biasanya murid laki-laki, nongkrong di warung kopi (buffet), di simpang Sun Yat Sen.
Yang suka merazia, yaitu Pak Hasan yang rumahnya di Gedong Arca (guru kimia, sekaligus wali kelas).
kalau sudah merepet... "kalian jangan buat lagi sma 11 !" bentaknya.
Maklum, era 80-an, sma negeri yang ada di Medan, cuma sampe sma negeri 10.
Maksud "SMA 11 " itu, ya murid-murid yang banyak nongkrong bergerombol di buffet sun yat sen. Berpakaian seragam putih-putih, kayak seragam penjaga kamar mayat !
Kalau vespa pak Hasan mendadak berenti di buffet, maka berhamburanlah lintang-pukang murid cari selamat. Takut diciriin.
Kalau berantem (tawuran) sama anak SMA negeri 9 Medan, yang letaknya tetangga seberang jalan. Agak seru. Maka batu melayang, melewati atap rumah pecinan, saling lempar bolak-balik. Cuma batas satu bubungan atap rumah. Murid-murid yang ada di lapangan basket tiarap. Siswa laki, bak pahlawan, ikut lempar-lemparan. Soal ini, tanya saja si Karim (80), yang sekarang jadi Lurah di Bandung, dia salah satu pelakunya ! Tangkap nanti dia acara reuni !
Kalau Gong Xi Fat Chai atau Imlek,
maka jeruk-jeruk di tempat berdoa di samping pintu rumah pecinan itu, hilang disentap murid. Kacau kan !
Memalukan...memalukan...
Padahal Lie Hai An, Tie Cien Tian, Cin Cin, Mei, dll sudah menyiapkan kue-kue imlek, kue bakul, di rumahnya.
Aduhai nikmatnnya kerukunan beragama di SMA 6 Medan.
Rusli, Rusmin, di manakah engkau berada sekarang?
Senin, 16 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar