Nonton Film Waktu SMA


                                                                                   bioskop Ria jaman dulu

Kota Medan jaman dulu, memang  beda dengan Medan jaman sekarang. Termasuk sudut-sudut kota tua yang acapkali menyedot nostalgia.

Dulu belum ada mall. Than 74 baru ada pajak sentral yang megah dekat Sambu sana, dan penduduk medan baru jumpa eskalator (tangga jalan). Jadi coba kau bayangkan orang  dari disko (di sisi kota), semacam tembung, bandar selamat, tebing, patumbak, galang atau tanjung tiram melalak libur ke Pajak Sentral.  Apa tak syok pertama kali naik eskalator (undak-undakan melaku dewe – tangga jalan sendiri). Bagi wong kebon, ya hiburan tersendiri. Mereka bolak-balik, naik-turun, tak bosan-bosan sampai pak satpam melotot. Namanya juga hiburan gratis…hehe..

Dulu sudah ada bioskop, tak awak ingat nama belandanya- thn 80-an ada bioskop tua, bioskop Medan, Riang, Bali, Ria, Juwita, Majestic, Cathay, dan lain-lain.
Nah pertengahan 70-an muncul pula Panggung (Taman) Hiburan Rakyat (THR/PHR), bioskop yang lebih  sederhana, ada Morsip di serdang, Bahagia (pasar merah),  Bhakti (jalan bakti), dan bioskop-bioskop rakyat lainnya di sisi kota dengan kursi kayu atau alas rotan, penuh kepinding.  Kayak bis kota, film sering telat, maksudnya nunggu penonton banyak dulu baru film diputar.

Jadi jangan heran, kalau nonton film India, full tarian. Waktu nonton, badan awak menggelinjang digigit kepinding, bentol2, menggaruk-garuk. Pulang nonton, gaya jalan pun melambai goyang. Satu film India, ada sekitar 5 sampe 8 nyanyi dan tarian. Coba kau pikir, cemana tak goyang kalau kena Hema Malini dan Rajesh Kanna…
Beda kalau pulang nonton film karate, kungfu, alamaaaak..jalan tu ngengkang, lantam kali, kayak Bruce Lee… 
Kalau pulang nonton film koboy, jalan tu karengkang, bahu membungkuk, asyik kayak orang mau menembak sajo !
Nah, pulang nonton film panas, ya pulang pun agak lemas lah…entah kenapa. Mata tuh berubah warna hijau. Gontai kali jalan tuh…asyik membetulkan retsleting…hahaha… !

Nah, kalau siang hari, tak jarang penjaga bioskop nyiram air panas di kursi alas rotan, untuk membunuh kepinding. Apalagi persiapan malam minggu penuh penonton. Tontonan sampai midnight. Nah, yang mindnight ini, filmnya agak berbau syor sikit, sebangsa Edwidge Fenegh, lucunya kalau sampai puncak adegan panas….tap ! Film padam. Sensor ! Si karyawan pemutar bioskop mainkan bayangan tangannya sendiri mirip anjing kampung. Penonton yang nafasnya memburu, langsung patah semangat. Penonton berteriak:…woooooiiiiii ! Mata yang tadi mulai sipit-sipit sodap, jadi normal lagi. Lampu menyala. Acara istirahat. Artinya penonton silahkan kencing, dan beli makanan minuman yg dijajakan asongan dari kursi ke kursi. Hahaha… !

Bak dibuka saja rahasia, biasanya kalau hari sabtu, pelajaran suntuk. Diam-diam sebagian menyelinap, ya cabutlah, nonton matinee, karcis murah ke Medan Baru sana, bioskop Astana Ria (jalan Iskandar Muda).
Kalau SMA lain kadang-kadang ada keharusan tontonan massal. Jadi kawan-kawan tadi pun nimbrung. Supaya tak ketahuan kali bolosnya, ya masuknya pas fim mulai diputar.
Tapi siapa peduli kalau sudah masuk bioskop…kan gelap.

Kawan awak tu, agak jahil, tujuan ngejar film di sabtu siang (matinee) itu bukan niat nonton filmnya. Tapi…ya itu lah, perli-perli anak SMA lain.

Film “Janur Kuning” diputar…
Sengaja masuk, jalan merayap dalam gelap.
Mata mulai kayak mata kucing, membeliak ke sana-sini, cari suara-suara cekikikan. Nah di dekat suara halus itulah pantat di hempas ke kursi.

Film “Janur Kuning” masuk acara tembak-tembakan…
Tangan kawan awak mulai menjalar ke samping, pura-pura nyenggol (atau sengaja bersitumpu) ke cewek sebelah. Terjadi agak cekcok sikit. Tapi dasar kawan tu rada jahil,  tangannya menjalar, mengelus tangan cewek di sebelahnya.

Byaaar..fim habis! 
Lampu terang benderang. 
Kawan awak tu menjerit, telinganya dijewer.
Tahukah kalian, siapa yang menjewernya?
Gawat ..! Yang menjewernya: Guru Perempuan galak dari SMA lain.(yang tadi dijahili kawan awak tu)
“Dasar kurang ajar, masih kecil sudah gataaaalll…” sumpah serapah memecah ruang bioskop.

Hahahaha.. busam, muka merah padam, diketawai penonton SMA lainnya.
Kena batunya !
Getek kali pun !