Minggu, 31 Mei 2009

Jual buku, beli buku...

Foto stasiun keretan api medan tahun 1937. Sumber:www.pustakasumut.com/tempodulu.php

Kalau naik kelas, awal pelajaran baru, biasanya semua sibuku dengan buku.
Buku-buku pelajaran baru bisa dibeli bisa paket atau eceran. Tergantung kesiapan guru. Bayarnya melalui Ketua Kelas.Tidak ada paksaan.
Yang enaknya lagi, bagi yang punya kakak/abang, sodara, tetangga dekat, yang sekolahnya juga di SMA 6, bisa masihb bisa dipake kembali. Jadi, bisa dapat buku warisan kakak kelas.

Kalau aku, biasanya suka beli buku bekas.
Tempatnya, ya Titi Gantung ! Dekat Stasiun Kereta Api, Lapangan Merdeka.
Kalau buku bekas, bisa dibarter dengan buku yang sudah tidak terpakai. Tinggal nambahin uang saja. Tapi buku yang tidak terpakai lagi (lantaran naik kelas), walaupun tampak baru, tetap saja diharga 10 sampai 30% dari harga beli. Ya, daripada dikilo, lebih baik dilego saja ke Titi Gantung!
Kalau beli buku bekas, unsur kesengajaan yang dicari adalah: milih buku yang sudah ada isiannya... ! Walaupun kadang banyak jawaban yang salah, paling tidak, bisa bantu sikitlah ngerjain PR...

Pernah buku hilang, ketinggalan di becak.
Terpaksa beli lagi buku bekas judul yang sama ke Titi Gantung.
Tapi....kejadian nggak sengaja, setelah lima hari dipakai, baru ketahuan di halaman dalam ada corat-coret nama pemiliknya. Ternyata buku tersebut punya kawan sekelas...si X !
Amboi... !
Sumpah, tak awak bahas disini, takut awak diacara reuni nanti, bisa ditumbuknya awak lantaran bongkar rahasia !
Parah kali...


Minggu, 24 Mei 2009

Botak sexi...

Hal yang paling menyakitkan hati bagi murid laki-laki ya razia rambut.
Dulu di SMA 6 Medan (sampai sekarang), soal rambut suka menjadi perhatian. Maklum saja, waktu itu murid laki-laki baru mengenal salon.

Bisanya banyak yang pergi ke tukang potong rambut (tukang pangkas).
Kalau ke tukang pangkas, ya bonusnya bisa dipijat, plus korek kuping. Bayangkan, kalau dipijit (dikusuk) kepala dan bahu, setelah itu dikilik-kilik kuping (dibersihkan), adumaaak.. rasanya melayak awak ke langit 6,5. Mulut pun meleleh, ngacai..alias ngences... hiiy !
Tukang pangkas kayak gini, pergi saja ke depan Medan Fair, silahkan ngantri pangkas dengan apek-apek !
Modelnya, juga agak unik.
Cukup bilang: "aku mau 5-2-3 ! "
Tukang pangkas pasti sudah ngerti.
Arti 5-2-3 adalah : 5 sentimeter panjang rambut jambul depan
2 sentimeter panjang rambut samping
3 sentimeter panjang rambut belakang.
Gaya sisiran: belah pinggir !
Malah ada yang 3-1-1 : nah, yang ini model satpam ! Cepak.

Kalau mau hemat, malah ada yang ke salon DPR (Dibawah Pohon Rindang).
Dulu, sebelum ada "Merdeka Walk", di Lapangan Merdeka, terkenal dengan tempat orang jual obat (obat koyok). Jual obat entah apa-apa, sampe ilmu kebal dan obat "tahan lama". Tapi tak ada yang jual obat "tahan lama" direpetin omak di rumah. Macam saja yang dikoyokkan, untuk menarik minat pengunjung iseng.
Nah, di tempat inilah banyak salon DPR tadi. Harganya murah. Cukup limpul !

Bahkan, yang lebih murah lagi, kadang-kadang ada saja lewat di depan rumah tukang pangkas keliling. Di daerah Komat (Kota Maksum), banyak ajo-ajo yang berprofesi tukang pangkas keliling. Perabotan dinasnya, tas echolac hitam, persis direktur, serta kursi kayu lipat, kayak kursi sutradara film !
Harga pangkasnya pun, bisa tawar menawar. Makin sore, harganya makin murah. Jadi pangkaslah diwaktu sore... bisa-bisa modelnya compang-camping, tak rata trambut dipangkas karena menjelang magrib, gelap, tak kelihatan sama si ajo.
Biasanya, tukang pangkas keliling, sering untuk anak kecil, kepalanya ditutup batok kelapa atau baskom, biar potongannya melingkar, disikat pakai ketam...

Kalau ke salon, bisanya pergi ke pajak Hongkong, sembari beli kaset lagu import, bahkan banyak dijual piringan hitam. Model rambut, waktu itu, niru penyanyi David Casiddy dan David Bowie, gaya sisiran belah tengah ! Harganya cukup mahal, cepek !
Apalagi ditambah setelan baju biru dengan benang merah dan celana jins ajo sukarame, wah mantaffffff ! Persis kayak knek Damri !

Tapi kalau pangkas gratis....
Gampang......
Panjangkan saja rambut sampai kerah.....
Lalu jalan melenggang di depan pak H
Maka dalam tempo sesingkat-singkatnya, kayak teks proklamasi saja, tangan pak H cepat menyambar. Secepat kilat: "Sreek ! Sreeek !"
Bereslah, rambut awak bocel-bocel disikat gunting pak H.
Maklum, waktu itu beliau wakil Kepala Sekolah.
Kalau sudah begini mau model apa lagi?
Terpaksalah... pergi ke jalan Antara. Karena waktu dirazia rambut, tak tertolong lagi mau dipangkas model apa, jadi kepalang tanggung, dibotakin sajalah... !
( Iya kan Karim, Afriadi, Hilman? )
Menderitanya awakni...
kepala botak persis pentul korek api...!

Jumat, 22 Mei 2009

Daun Cinta yang mengering...


Yang paling menyenangkan, ya praktikum biologi.
Gurunya Pak Sinulingga.
Sangat langka beliau kelihatan marah. Paling hebat, cuma lempar kapur saja, itu kalau murid sudah keterlaluan.
Humornya pun tingkat tinggi.
Kalau otak yang loading-nya lambat kayak jalan labi-labi, pentium 2, pasti ngalami kesulitan nangkap humornya. Biasanya, murid baru tertawa, setelah 5 menit dia ucapkan joke, humor. Sudah awak bilang tadi, humornya tingkat tinggi... !

Kadang-kadang, untuk mengenal dunia flora, disuruhnya kita mengeringkan daun-daun di simpan dibuku selama sebulan. Sehingga daun itu menjadi artistik, indah dipandang, cuma serat-seratnya yang kelihatan.
Tapi kawanku si Afri lain lagi ceritanya.
"Siapa yang sudah selesai mengerikan daun?" tanya Pak Sinulingga.
"Saya Pak !! " acung Afri, dengan bangga.
Dia maju ke depan kelas. Membawa buku biologi Jilid I yang agak tebal itu. Mencoba membolak-balik halaman, mencari daun kering yang terselip di buku.
Berkali-kali dia bolak-balik. Tak juga ditemukan. Agak panik dia.
Akhirnya, dengan penasaran, ditunggingkannya buku tsb, sembari dikibas-kibas.
Tapi daun kering tak juga jatuh, malah yang jatuh selembar kertas surat,
warna merah muda..
ternyata selembar surat cinta...
Seluruh isi kelas riuh, terbaha-bahak.
Afri pias wajahnya.
Esoknya pacarnya minta putus karena malu.
Sodih kali liatnya !

Masuk Bab Fauna, disuruh cari Kadal. Awak pun ikut cari di kampus USU (entah ide siapa), rame-rame ngepung kadal di depan fakultas teknik. Sayangnya, ketika Kadal sudah di depan mata, ternyata tak sanggup awak menangkapnya karena geli. Kawan merepet-repet, karena kadal di depan mata lepas. Padahal tadi nyarinya sudah 2 jam. Itulah Kadal, dicari tak jumpa, tapi tak sengaja suka lewat begitu saja. Dasar kadal....!

Terkadang sekelas disuruh bawa pisang (musa paradisiaca), padi (oryza sativa), dan yang sulit mencarinya adalah daun pakis (ptrydophyta). Karena kita harus ke gunung Sibayak dulu, kata buku pakis termasuk tumbuhan dataran tinggi.
Inilah enaknya bisa rame-rame sekelas pergi ke gunung...
Ah itu cuma alasan awak aja ke gunung, padahal banyak di belakang rumah Makcik awak.
Tujuannya... ya mau "senter" cewek sekelaslah ! Naksir, gitu lohhh...
Tapi ketika cewek yang ditaksir cuek2 bebek, awak suntuk.
Orang sibuk memilih dan memetik pakis, yang awak cari daun yang lain..
Mau tau daun apa yang awak cari???


Ya itulah, daun kentut (paedoria faoetida).
Lalu esoknya...
Dikelas heboh..
Semua nuduh si A, si B, si C yang kentut, saling menyalahkan.
(padahal pagi-pagi sekali datang ke sekolah, awak gosok-gosokkan daun kentut itu, supaya getahnya menempel di bawah meja-meja kelas, termasuk meja guru..)

Masuk pelajaran pertama matematika, Pak Gading mendengus..dengus...
Kelas tercium bau bangke..
Semua menutup hidung.
Rumus logaritma rontoklah sudah dari kepala. Tak bisa konsentrasi.

Rabu, 20 Mei 2009

Tour de Parapat...

"Mak, ucok ikut study tour ya, "
"Nggak. Nggak boleh..."
"Alaa maaak, ikut ucok ya mak?"
"Nggak. Ngabisin duit saja kau. Sini bantu emak ngupasin bawang ! " teriak emaknya dari dapur.

Ucok cari akal.
Berbalik ke ayahnya.
Mengendap-endap supaya tak ketahuan omaknya.

"Yah, ucok ikut study tour ya?"
"Apaaa??!" teriak ayahnya setengah pekak.
"Study tourr, yah..."
"Bahh, mimpi apa pulak kkaauu, mau main tor-tor. Bah, hebhaat itu ucok, mau meneruskan nari tor-tor kayak Opungmu. Hah?, berrapa..berrrapaa kau mau?!"
"Empat puluh ribu, yah..."
Semenit kemudian, 4o ribu perak sudah di tangan si ucok.
"Jzangaan lupak kauuu, kalau sudah bisa, ku tes kau kayak ayah dulu ditess opungmu !" teriak ayahnya sebelum ucok menyelinap pergi.
"Beresss ayaaah !"
Nah, 40 ribu perak itu biaya study tour. Acara perpisahan sekolah. Tujuannya Prapat.

Mana mungkin pulak ke Singapore, kayak SMA Harapan itu.
SMA 6 Medan, dulu, paling jauh tour ke Padang, nginap di SMA Don Bosco.
Parahnya, ketika SMA Don Bosco kunjungan balasan, sibuk semua bersih-bersih sekolah, menyusun meja jadi tempat tidur, ngepel aula atas, pasang obat nyamuk, tak lupa bersihkan WC sekolah yang pesingnya minta ampun itu !
Kenangan manisnya, ada seorang pelajar tamu Don Bosco, kena todong di jalan Antara, di belakang sekolah sama preman.
Malu kali awak... Tapi apa mau dkata, ini Medan bung... !

Lepas subuh, bis Damri sudah berjejer di depan sekolah di jalan Ansari 34 yang sempit itu.
Meriah...!
Semua siswa mengerahkan penampilannya. Maklum, kali ini perpisahan terakhir, tur ke Prapat.

Coba kau lihat itu, murid laki-lakinya parlente kali, bercelana ye-ye cutbrai, baju ketat tangan panjang, dengan sepatu buldog hak 10 cm ! Rambutnya mengkilat, yang biasanya kena minyak jelantah, kali ini dipoles tanliper (tancho lima perak). Tak lupa, pisau cinta (sisir) terselip di saku celananya. Kayak Elvis Presley kutengok ! Mantaffff kaliiii ...! Kalau lagi jmelangkah dia, bah, kayak koboy kulihat cara jalannya, ngengkang... !
Tapi hilang syor awak, masih bawa rantang dia, titipan telor balado dari omaknya.
Tak apalah, yang penting lupa dia sama seragam sekolah putih-putihnya yang kayak penjaga kamar mayatnya itu !

Nah itu..murid perempuan, rok kembangnya kayak payung terbalik. Sepatu jengki. Coba kau lihat si Butet itu, pakai lipstik tebal dia... bibirnya norak-norak delima... (coba bilang norak kayak Bu N, cadel, tak bisa bilang "r"). Maklumlah, aksen melayu Tanjung Tiram. Cadel huruf "r" !

Belum sampe Prapat, dari jalan berbelok kayak ular, semua histeris. Nun di sana.. tampak pulau samosir dengan tulisan "rimba tjiptaan" di hamparan danau yang indah. Akhirnya sampai juga, nginap di hotel melati (eks hotel mesum). Kalau menjelang malam, berseliweran hilir mudik kreta-kreta (sepeda motor) membawa "barang" di jalan depan hotel, ngantar pesanan si hidung belang.

Yang dimaksud study tour itu, ya piknik lah, tak lebih. Tak ada catet-catet atau pengetahuan yang didapat. Walaupun awak sudah nyeberang ke Samosir, melihat situs purbakala, kuburan opung Raja Sidabutar.
Yang ada cuma duit awak yang bobol main judi lempar gelang. Bayangkan, baru kali ini awak mentiko, tak dilarang merokok di depan guru. Alamaaakjang, preman kali awak coy!
Walaupun lama berenang, berendam di air danau pakai ban, dingin tak terasa, maklumlah demi menemani cewek yang awak "senter". Kadang dengan terpaksa, kandas duit buat bayar kereta dayung, berdua melaju ke tengah danau.
Tak apalah itu... demi mengejar pujaan hati. (Ya kan, Karim ?)

Pulangnya, bus lewat tanah karo, mampir sebentar di Brastagi.
Di Gundaling semua mencoba naik kuda.
"Fotto..fotto.. lima ribuk perak adzaaa..."teriak tukang potret polaroid.
Semua ikut foto. berbagai gaya. Berdecak kagum memandang foto dirinya. Narsis banget. Sambil mengipas-ngipas hasil foto polaroid sesekali mengembus-embusnya, biar foto makin jelas.

Lepas Brastagi,menuju Medan semua bagai kena hipnotis, diam. Tertidur. Kecapean...
Tapi, tiba-tiba ada yang teriak: "Gambarnya hilang ! Gambarnya hilang.... !"
Serentak semua merogoh, melihat foto polaroidnya masing-masing.
Benar saja. Kalau diamati, gambar foto Polaroid itu makin lama, semakin hilang gambarnya. Lenyap. Kalau ada, sudah berubah, kayak hantu hasil fotonya. Buram !
"Terrtipuuuu kitaaaaa..." teriak yang lain.
Rupanya kertas foto polaroid yang dipakai si abang tukang potret tadi, sudah kadaluarsa, cuma bertahannya 1 jam.
"Ah, sudah kubilang tadi, jangan diembus-embus. Kan hilang gambarnya... ! " teriak ucok, sok tahu. Padahal mukanya pucat, lantaran foto satu-satunya dengan si Butet yang diketennya itu lenyap. Kosong. Tak ada gambar si Butet dan Ucok berdua naik kuda...
Perih kali hati Ucok, tak terbayangkan. Nyeri jendral... !

Sampai di rumah, ucok disambut Ayahnya sambil berkacak pinggang.
"Sudah kau tippu ayah ya, Cok !! Rupanya tak bisa kau nari tor-tor, Cok !" sergah ayahnya.
"Kan study tooour ayah, bukan tari tor-tor..." bela Ucok.
"Studiii tor.. studi torrr, kubilang ya samalah itu, sama nari tor-torrr kudeeengar!!! Menjerit opung pu di kuburan sana lantaran kau tak bisa menortorrr !!!" suara ayahnya menggelegar, yang memang ayahnya pekak, alias tuli karena masa mudanya dulu banyak menyelam, terkena pecahan dinamit, waktu meracun ikan jurung di Aek Sibundong.
Buk. Cplak.Buk..Cplak. Cpret !
Suara ucok melolong-lolong. Dilibas ayahnya.


Besok di sekolah, kulihat kaki ucok berbirat-birat, lebam, kena rotan pemukul kasur, ayahnya berubah jadi algojo.
Ibunya pun merepet, tujuh hari tujuh malam...tak ada habisnya.


Senin, 18 Mei 2009

Kemping


Sumpah !
Mengumpulkan calon pecinta alam itu, di SMA 6 Medan, susahnya bukan main !

Kalau mencari calon pecinta cewek (playboy), itu paling gampang...
Kau kenali aja dia di sekolah, lihat aja di saku celana belakangnya, pasti tersembul sisir, itulah pisau cinta ... !

Supaya banyak penggemar,
maka dibujuklah cewek yang agak-agak cantik sikit, dibujuk masuk pecinta alam sekolah.
Cewek cantik inilah yang menjadi magnit, sehingga cowok anak mami yang takut berak malam di hutan, jadi berani digigit nyamuk.
Dulu, di sekolah tak kenal pecinta alam. Karena orang OSIS-nya tak bisa pasang tenda, kecuali mungkin ketua OSIS, karena dia mantan pramuka, bisanya cuma semaphore! Dibujuk masuk pecinta alam, tak mau pulak dia !
Apa itu semaphore? Itu lho, yang menyilang-nyilangkan bendera (yang kayak bendera orang mati), pengganti morse, tiap disilang-silangkan, menunjukkan huruf A sampe Z.

Nah, kalian yang jago2 semaphore, tolong ajarin awak bilang "au dohot hamu" (I love you), pake bendera semaphore ya... bak semangat awak !

Kalau jaman sekarang, sudah ada handphone (HP), ada sms, jadi mau "nembak" cewek tak perlu lagi belajar semaphore. Cukup pijit-pijit HP, beres !
Jambore saja, sudah ada counter pulsa dan Mc Donald.
Makcik awak aja, dari tengah sawah, masih bisa ngobrol sama anaknya di Amrik sana. "Sehatnya kau Poltak? Makan apa kau di Boston sana? Jangan banyak-banyak kau makan roti dan keju itu, biru nanti mata kau dibuatnya.. !" teriak Makcik.
Alamaaaak ! Ngeri kali kuliat...

Kalau dulu, belajar jadi pecinta alam, awalnya ya latihan camping di Bandar Baru.
Baru minggu depannya berani naik (hiking) gunung Sibayak, lewat Lau Sidebuk-debuk, tempat air panas. Nah, yang semangat naik gunung ini si Andi (82), sekarang dokter gigi (alumni FKG USU). Malah ada yang sampe gunung Sinabung, diantaranya si Bob Bachsinar (81), sekarang tukang potong manusia dia (dokter ahli bedah, FK UISU, FK UNAIR).
Kalau awak bisanya... mendaki gunung Tirtanadi lah.. di ujung jalan Japaris, dekat pasar hongkong. Maksudnya, biar bisa awak keten kolam renang Paradiso di seberang sana, siapa tau ada ikan duyung. Alamaaak, kumat puber awak !

Pernah anak IPS, pergi camping ke Tongging. Komandannya Irwansyah (IPS1) alias Wan Kambing, anak komat. Pulangnya gata-gatal kena tungau.

Tapi ada cerita lain...
Tak awak sebut namanya, ada guru, dicekoki kamput sama muridnya.
Si Jul, anak IPS yang kocak dan bandel itu, kadang--kadang melucunya kelewatan.
Waktu camping di Sembahe, anak laki-laki main gitar, banyak juga yang tenggen minum kamput. Awalnya, kamput dipake cuma untuk mengusir udara dingin gunung. Tapi lama-lama syor juga ketagihan. Terus nambah. Jadilah lisoi-lisoi, parmitu, dimainkan. Bergitar ria.
Pak Guru dicekoki kamput.
Padahal guru tsb, kalau di kelas, galaknya bukan main. Suka main strap !
Nah gantian si Jul jahil, dia ambil kayu, dipukulnya ke kain tenda, padahal di dalam... ada guru tersebut. Pukulan kayu menyentuh Pak Guru.
"Zulllll zzzangan cubit-cubit aku, zuuuulll ! Geeeli kaliii kurasa.. ! " teriak sang guru dari dalam tenda.
Tak puas si Jul. Dibanjurkannya air ke tenda tersebut. Air menetes ke dalam tenda.
"Bah.. maribak ! Hujan pulak sszsekaraaang !" teriak guru dari dalam tenda.
Nah, mulai mabuk dia...
Bedosa awak !

Minggu, 17 Mei 2009

Pantat berkuah...


Coba kalian jawab teka-teki ini:
"nembak lantai, kena hidung, apakah itu??
Jawab: kentut !

Ada kawanku, bendel kali dia.
kalau kentut di kelas, sengaja dikeraskannya.
Rumus metematik di kepala awak, bisa luntur dibuatnya.
Mungkin sarapannya cecak goreng di rumah.
Baunya itu...
Phuuuhh tak sodap !

Pernah suatu kali, waktu guru tak ada, sengaja dia betingkah
Tarik napas. lalu ditembakkannya.
Tapi bunyi kentutnya agak lain. Seperti suara menjerit.
"Criiiiiit !"
Alamaaaaak, ternyata cepirit dia. Mencret.
Pantatnya bekuah..
Pulang sekolah, jalannya ngengkang, celananya basah !

Seluruh murid tertawa gaduh.
Pendek cerita, tak pernah lagi dia jahil dengan kentutnya itu.
Sudah kapok dia !
Malu...bukan main.

Puber..


Murid laki-laki lagi remaja puber, gawat kali...
Kerjanya masang rautan pinsil, yang ada cermin bulatnya, dibawah meja murid perempuan..
Atau..
kalau naik tangga, ke kelas IPA di atas
sengaja murid perempuan dibiarkan di depan, naik tangga duluan
lalu murid laki-laki di belakang
kaki enggan melangkah
lalu rame-rame murid laki-laki menundukkan badan sambil mendongakkan kepala.

Tanpa sadar..
tpak ! tpak.. ! tpak... !
Gulungan koran memukul dari belakang.
Ketika badan berbalik.
Ternyata guru piket sudah berkacak pinggang.

Semua cengengesan.
Langsung ngacir.
Pasti di kelas mereka diskusi warna pelangi !
Hi.. hi... hi...

Bendera setengah tiang


Hari Senin menjemukan :

Siaaaaaaap, grak !
Lancang kanaaaaaaan, grak !
Siaaaaaaap, grak !

Inspektur upacara berada dimimbar.
Semua menyanyikan lagu "Indonesia Raya"

Regu pengibar bendera menuju tiang bendera. Sigap.
Pemimpin lagu mulai ambil ketukan: satu, dua, tiga... ya !
Maka berkumandanglah lagu Indonesia Raya

Perlahan bendera dikerek, mengikut lagu.
Agar pas, menyesuaikan lagu, tarikan tali di atur.

Lagu Indonesia Raya hampir selesai..
Namun? Bendera macet ! Tak maju-maju hingga ke pucuk tiang.
Lagu selesai.
Yang terjadi...... bendera terhenti setengah tiang... Macet !
Murid-murid: Gerrr... tertawa kecil. Riuh.

Pasukan Penarik Bendera pucat. Bingung.
Padahal kemarin sore mereka sudah latihan paskibra.

Sehingga pidato Pak Kepala Sekolah isinya marah-marah....!



Astagafirullah... tega kau buyung...
Kenapa pula tadi pagi kau ganjal tali bendera pakai lidi
Jahil kali kau !

.

Selasa, 12 Mei 2009

Majalah Dinding (Mading)


Yang awak ingat, menurut abang awak, yang juga sekolah Paspal (APA) SMA 6, pernah terbit buletin sekolah.
Ini media komunikasi paling top di sekolah.
Buatnya dikertas yang di stensil (Awas kalian ! Jangan pulak khayalan kalian nyangkut ke cerita syor Nick Carter, atau stensilan cabul yang dijual di Lapangan Merdeka itu).
Memang... dulu, buletin sekolah itu distensil.
Karena, di belakang sekolah (dekat WC yang baunya tak hilang sama karbol satu drum itu), ada satu ruangan tempat stensil. Letaknya persisi d isebelah ruang Guru Pembimbing (ini guru yang menasehati kalau kalian bandel, ketahuan buat onar di sekolah, berantam atau suka tarik-tarik beha murid perempuan.
Nah, di situ ada mesin stensil !
Distu pula dicetak, digulung lembar master stensil, untuk memperbanyak cetakan !
Jadi, di jaman itu, belum ada mesin foto copy !
Tentu saja yang buat buletin stensilan itu, penanggungjawabnya OSIS !
Cara buatnya, lembar stensil diketik, hurufnya bolong-bolong, tipp-exnya cairan warna merah.
Nah, kalau buat ilustrasi gambar (ya ilustratornya, pembuat karikatur, ya abangku itu), digambar dikertas stensil pake pinsil jarum ! Kalau tak ada, yang pake paku !
Sudah beres semua naskah, baru digulung di mesin stensil, tak jarang tintanya belepotan !
Hii.. hii.. hiii lucu ya cara buat buletin di jaman konon itu !
Konon pula.. harganya limpul, lima puluh perak ! Ya, seharga es krim cuan lah !
Konon, itu terjadi di tahun 1978-80.
Sekarang pengelolanya sudah banyak yang jadi direktur ! Tapi dijamin tak satupun, konon, ada yang jadi Direktur Sekolah !

Nah, masuk ke jaman awak.
Itu ketua OSISnya Adi Surya Harun, masuk jaman kere ! OSIS kere.
OSISnya cuma punya bola volley dua, itu pun kulitnya sudah terkelupas...
alamak coy.. miskin kali OSIS awak..
Maklum, duitnya banyak habis buat nyumbang ke kuburan !!
Maksudnya, disumbang untuk keluarga murid yang kemalangan, alias meninggal.

Untung ada si Rusmin !
Anak itu kecil, pintar, matanya yang sipit, tambah mengecil karena banyak membaca.
Persis Harry Potter
Kacamatanya minus beneran!
Jadi bukan kacamata bohongan buat nutupi wajah jelek murid-murid begaya menutupi wajah yang bopeng itu... !
Modal dari dialah, maka dibuat Majalah Dinding !
Lalu kunci Mading minta ke Pak Amin, boss Perpustakaan.
Maka disulaplah papan pengumuman yang tertutup kaca itu jadi Mading !

Yang terjadi adalah...
Banyak murid yang buat artikel, cerpen, bahkan puisi.
Tak jarang puisi itu, adalah puisi cinta, nah ini buat murid yang naksir cewek/cowok lain.
Karena dibawah puisi itu, biasanya tertulis:
NB: buat seseorang di kelas...ada ubi ada talas, sempat-tak sempat harus dibalas...
(padahal seharusnya: empat kali empat, enambelas. Dasar awak murid pemalas.. !)
Alamaaak jaaang !
Kampungan kali awak tuuuu.
Nah, gitulah cara naksir (ngeten) cewek/cowok, dijaman dulu ... !
(Tanya aja si Coki (82), suka nulis puisi dia di Mading itu. Tapi tak satupun cewek kecantol. Mungkin kualat dia, karena sajadah dipermaknya jadi tas sekolah. Dibilangnya tas gambar mesjid itu hadiah dari omaknya pulang dari Mekah !
Phuiiih ..! Bedosa kau Coki... !

Padahal yang awak tau, biasanya nulis NB itu adalah catatan pojok bawah surat ke orangtua, biasanya nulisnya begini:
NB: Omak, kirim awak uang cepat ya Mak, uang sekolah anakanda belum dibayar...
Nah, yang ahli buat NB ini ya si Amrizal, waktu ketahuan nulis surat buat emaknya di Kisaran sana. Tak tau awak buat apa duit itu, jangan-jangan buat pacaran nonton di THR Simpang Limun
... hi..hi..hi.. !

Balik cerita...
Nah, di Majalah Dinding (Mading) itu pula pernah diadakan lomba lukis.
Hadiahnya pulpen Parker bermata emas yang mahal itu. Kotak pulpen Parker itu ditempel di Mading, buat memancing gairah peserta. Semua orang ngiler
Sehingga pesertanya pun bejibun.
Sampe puluhan lukisan masuk ke meja Redaksi.
Pusing awak liat lukisan2 itu. Saking banyaknya lukisan.
Ada lukisan abstrak, pemandangan, lukisan wajah dirinya (narsis kali dia !), lukisan wajah emaknya, bahkan lukisan pacarnya... !
Semua bagus-bagus...... (kalau dilihat dari jarak 2 km !)

Akhirnya Dewan Redaksi Mading pun rapat resmi.
(Untung Pak Amin tak ikut rapat)
Setelah Dewan Rekasi
melihat,
mengamati,
menimbang (tak ada yang berat 1 Kg),
akhirnya memutuskan...
PEMENANGNYA TIDAK ADA !
...........???
lho?
Ya iyalaaaah,

Biar kalian tau aja, biar awak bongkar rahasianya sekarang:
Sebenarnya Pulpen Parker bermata emas itu tidak ada.
Yang ada cuma kotaknya aja yang dipajang. Tak ada isinya ....!
Kotak Parker bermata emas itu dapatnya dari tong sampah di jalan Thamrin.

Ha ha ha ha..!

Senin, 11 Mei 2009

Ujian Kesenian


Ada alasan kenapa pelajaran kesenian itu enak.
Gurunya muda.
Cewek.
Belum nikah.
Gak tau, waktu itu, udah punya pacar apa belum.
Baru tamat dari IKIP Medan
Anak kepala sekolah.
Kalau digodain, gak suka marah.

Kalau ujian teori, itu sih enteng.
Kalau ujian praktek, ini yang buat dengkul awak gemetarrr...
Jantung berdegup keras.
Satu-satu ke depan: Disuruh nyanyi ! Harus pake gaya pulak !
Hah?!

Ada yang nyanyi Koes Ploes "Kapan-kapan"..
Ada yang nyanyi "Simanjuntak gentar" eh maaf, maksudnya: "Maju tak gentar"
Ada yang nyanyi A. Rafiq : "Jangan-jangan kausamakan, dia dengan yang lain, bibirmu..."
Ada yang nyanyi "Hatiku hancur mengenang dikau, berkeping-keping jadinya..."
Oih, oiiih, suaranya sol semua, datar !
Hihihi.. !

Tapi giliran siswa ini yang nyanyi....
Yang lain sudah siap mengolok-olok.
Posisinya mantap, kayak hansip, kaku. Muka tegang.
Semua harap-harap cemas menunggu lagu apa yang bakal dinyanyikannya.
Mulai dia tarik nafas.
Ambil ancang-ancang suara.
"Yak, mulai !"teriak guru cantik itu.

"Aku seorang kapiten...
Punya pedang pendek...
Kalau berjalan..trap.. trap.."
belum habis nyanyian itu, langsung ngacir lari ke kursinya.
Wajahnya memerah.
Busam.

Seluruh kelas riuh.
Hua..huuhaa haaa haaa.. !
Tertawa terbahak-bahak.

Siapakah penyanyi sableng itu?

Ya awaklah itu !

Sabtu, 09 Mei 2009

Grup Gitar Bolong



Apa itu grup Folk Song?
Yang awak tau, itu grup gitar bolong !
Pemainnya pake gitar akustik, kadang-kadang ditambah bongo, biola, nenek moyang biola (bass betot), atau alat akustik lainnya.
Inilah pergeseran musik, dari grup band tampar (kasidah), menjadi hobby main grup musik akustik.
Maklum, waktu itu, mana ada studio yang menyewakan alat musik elektrik sejenis band. Kalau ada, kayaknya termasuk klas elit. Golongan high-class lah ! Waktu itu, SMA 6 belum punya grup band.
Karena, yang pintar main gitar bolong, umumnya pemain gitar alam, belajar dari teras-teras (bok) pinggir jalan, menggitari orang mabok bernyanyi. Pesta kamput !
Bisanya cuma chord tiga jurus, C-G-F.
Kalau main lagu romantis, suara melolong-lolong, memecah kesunyian malam, yang terkadang suka memgundang keplor protes, paling mainnya di A-minor !
Sulit ditemukan pemain gitar bisa not balok !
Yang ada, pemaboknya berantam main balok, lalu pemainnya gitarnya lari tunggang langgang takut ketahuan omaknya !
"Cooook ! Pulang kau, Cooook ! Besok kau ujian !" teriak omaknya.



Aku cuma ingat, dulu itu SMA 6, kata kakakku cukup hebat kalau ada lomba Folk Song. Kakak perempuanku kelas 3, aku kelas 1. Kakakku masuk pagi. Aku masuk siang. Jadi bakal nggak ketahuan kalau ada "apa-apa" tentang aku.
Maksud "apa-apa", ya itulah, kalau aku suka nyumpal korek api digembok gerbang sekolah, mecahin pot, dihadapkan ke guru pembimbing gara-gara narok permen karet di kursi murid pintar yang pelit dicontek. Karena aku takut dijewe emak !
Nah, perkara Folk Song itu, tanya saja si Bob Bachsinar (sekarang dokter bedah). Sering dia bawa gitar ke sekolah. Kelas kami sebelahan. Kalau lagi tidak ada guru, sasarannya gitar si Bob dipinjam, jadilah kami berdangdut ria: Rhoma Irama atau A. Rafiq !
Alamakjaaaang, sodap kali kurasa masa SMA !

Kakak kelas, pernah menyabet trophi juara II lomba Folk Song se-SMA Sumut. Diadakan di Tapian Daya. Kalau tak salah lagu pilihannya "Bubuy Bulan" !! Lho, kok lagu sunda ?
Iyalah, orang salah satu pemain kecapinya murid asal Bandung pintar main kecapi.
Padahal grup Folk Song SMA lain, banyak yang milih lagu "Buteeeeeeeeettttt !"

Kalau tiap hari minggu, stasiun tipi Medan, suka menyediakan setengah sampe 1 jam, untuk tampil grup Folk Song, umumnya dari SMA se-SUMUT.
Bayangkan, latihannya 6 bulan, tampilnya cuma setengah jam.
Pulangnya naik sudaco dari jalan Putri Hijau sambil menenteng gitar buatan kampung keling.
Sampai di rumah, bak artis, disalami tetangga, emak, ayah, nenek dan sanak sodara.
"Hebat kau buyung, masuk tipi kau ! "puji tetangganya. "Hari ini makan ayam kita !" kata omaknya.
Itulah kebanggaan klasik, yang tidak bisa dinikmati lagi di masa kini.

Selain itu, tampil di tivi, itu demi gengsi dan eksistensi SMA-nya. Tapi, tetap saja pelajaran kesenian di sekolah, dapat lima !
Alamaaak !
"Bah, kennnapa kau dapat lima di raport, Cok !" jerit opungnya.
Hilang syor awak !







Rabu, 06 Mei 2009

Model Sepatu

Di tahun 80-an, seragam sekolah SMA bervariasi.
Persis kayak balonku ada lima, rupa-rupa warnanya.
Kalau SMA I, putih abu-abu.
Kalau SMA III, putih biru muda.
kalau SMA VIII, putih coklat
Kalau SMA 6, bagaimana?
Ya.... PUTIH-PUTIH laaaa...
Itulah sebabnya awak suka diejek penjaga kamar mayat sama anak komat !

Itu pun, kalau mau dibuat mode, ya baju tangan pendek atau baju tangan panjang, digulung sampai lengan atas. gaya anak bandung, katanya.
Padahal awak ini asli anak Bandung juga, maksudnya Bandar Selamat Ujung !
Yang pasti, waktu itu banyak niru penyanyi Jamal Bejat, eh Jamal Mirdad ! Juga kayak bintang film Herman Felani !
  • Untuk laki : baju tangan pendek, lengannya dilipat ke atas. Lalu tali pinggang (sabuk), dibiarkan menjurai panjang , manggapai ke bawah sampai paha.. !. Pokoknya biar persis Herman Felani atau Rano Karno lah !
  • Untuk perempuan : tangan baju dilipat ke atas, roknya biku=biku (rempel), kayak lipatan gorden kamar awak ! Panjang sampai lutut !
Kalau soal baju, memang suka curi-curi untuk dikeluarkan, takut distrap guru kalau ketahuan.
Baju laki-laki, lantamnya suka tak dimasukkan ke dalam celana, tapi dibiarkan terjurai sampai paha. Namanya juga baju gombrang yang lagi trend waktu itu !
Nah, kalau naik kereta (sepeda motor), maka baju itu berkibar. tapi kalau dimasukkan rapi, maka baju itu menggembung kalau lagi ngebut naik kereta. Persis kodok !

Kalau celana?
Ada yang model cut-bray, celana ye-ye..
Bahkan rockn"roll, serba ketat, bahanya kecil, kayak model lemang bambu ! Ketat !
Silap awak bergerak kalau banyak bergerak, "Breeetttt" celana belahan pantat suka robek, pulang sekolah ditutup baju, busam kalau ketahuan CD. Jalannya persis kayak pantat bisulan. Ngengkang !

Nah untuk sepatu, bebas. Tak ada larangan.
Apalagi anak laki-laki.
Terkadang ngembat sepatu lars militer punya bapaknya.
Kadang sepatu Adidas, Puma, Clark, yang import belinya di Kesawan !
yang palsunya, belinya di jalan Surabaya, merk2 tsb, buatan ajo sukarame !
Ada pula sepatu kain ceper hitam, model bintang kungfu Bruce Lee. Jadi yang make jalannya agak ngengkang melayang, hilang gravitasi, kayak juara karate tingkat RT !



Nah, kawanku si Tatang lain lagi, kerjanya tiap hari melukis sepatu putihnya pake ballpoint, gambar kreatif yang diarsir. Seminggu baru dicuci. Tak pernah pakai kaus kaki. Kalau udara panas, kelas lagi sumpek, maka sepatu itu sengaja dibukanya, dapat dibayangkan kawan-kawan di pinggir bangkunya merepet-repet sambil menahan bau...
Kalau sepetunya bersih, baru dicuci, hari senin, mulai dia melukis sepetunya itu, terus begitu berulang-ulang, ganti-ganti gambar.. (kalau dulu gambarMick Jagger, lidah terjulur atau gambar Prambors, rambut kribo, yang paling trend)
Padahal dia itu bekas petinju amatir. yang kalau pagi subuh, maraton, dengkulnya suka diincar anjing kampung !
Tapi dia itu seniman, rambutnya kadang botak, kadang berjambul, rokoknya Panamas (cepek dapat tiga batang !). Ke sekolah tak lebih dua buku tulis dibawanya, biar bisa diselipkan dipunggung. Gampang cabut, alias bolos.. !
Berbeda waktu aku sekelas SD dengannya (SD Kartini jalan Amaliun), anaknya lucu, manis, suka diantar emaknya, tas sekolahnya echolac hitam kayak direktur... atau tukang obat koyok).
Tapi terperogok di SMA, kocaknya sa-alaihim.... ! Persis kayak film kartun Donald Bebek!

Kalau tas bagaimana ?
Ada yang pake tas ransel bapaknya yang tentara !
Ada yang pake tambang plastik tali timba, dijerat. Bagian bahu dipilin rajutan.
Ada pula tas kain.
Tapi kebanyakan 98 persen muris laki-laki tak bawa tas ! Sisanya, laki-laki yang pake tas, rada banci ! Maksunya, golongan anak emak.. !
Sehingga Amrizal, kawanku (alumni FE-UISU), kalau pergi sekolah alangkah susahnya dia, selain bawa tas ransel, ditangannya bawa buku lagi. Hampir seluruh buku dibawanya. Orangnya tekun. Dialah asli perpustakaan berjalan. Tulisannya rapi. Bukunya bersampul. Mungkin kalau mau tidur, dia sikat gigi, cuci kaki, berdoa dan tidur. Kayak murid madrasah !

Nah, apa yang terjadi waktu pelajaran olahraga,
lalu baju dan singlet teman-teman sekelas dicampur, diaduk-aduk, jadi satu.
Ini pasti kerjaan jahil murid yang tak ikut olahraga, malu dengkul runcingnya kelihatan.
Lima menit kemudian, pelajaran matematika Pak Gading, masuk kelas !
Mendadak panik. Mengejar tumpukan baju !
Semua pakaian tertukar.
Dapat kalian bayangkan sendiri apa yang terjadi... Orang yang gemuk, dapat pakaian kekecilan. Begitu sebaliknya. Semua pakaian tertukar.
Tapi semua tak ada yang beranii buka suara ketika guru matematika pak Gading menerangkan turunan rumus.
Hening sembari ngedumel.

Tapi pas lonceng pulang berbunyi.
Kembali riuh. Kembali mencocokkan baju miliknya dari teman.
Heboh !

Mengenang kejadian lucu.
Itulah kisah SMA yang menggemaskan.
Tak bisa terulang lagi.
Sampai saat ini, belum ketahuan siapa yang berbuat jahil itu.
Ayo ngakulah kawan ! Nanti waktu pertemuan alumni, habis kau !
Kutunggu kau di pengkolan...

Ilmu menyontek


Jujur aja awak katakan. Mana ada murid sma 6 yang tak pernah nyontek.
Pasti 99 % nyontek, alias nyonto ! Lalu kalian pikir, sisanya yang 1 % itu tidak nyontek apa?
Salah besar !
Yang 1 % itu: cuma mengintip jawaban kawan sebelahnya. Apa itu artinya?
Pasti ngerti lah kalian... !

Ada macam-macam cara nyontek.
Yang ku tau :
  • Membuat catatan kecil di kertas, lalu diselipkan di bawah meja, di balik soal ujian, di kaus kaki, dibalik kutang atau bahkan di celana dalam pria (terbukti ada cowok yang buka ruitsleting celana waktu ujian). Nah.. hati-hati tuh benda kramat terbang...
  • Pernah juga, murid cewek nulis contekan di sapu tangan, sayangnya ketika dia ng-lap keringat, maka rumus contekan itu nempel di wajahnya..
  • Menulis kunci jawaban di meja, di telapak tangan, di paha balik rok.... Kalau ada razia, mana ada sih guru yang berani buka paha-paha murid cewek...
Pernah kejadian, seorang kawan nekad buat contekan. Rumus-rumus kimia di tulis kecil-kecil di kertas yang ukurannya juga sangat mini. Kalau dibuka, lipatan itu persis kayak bon warung padang, bumbu rendang juga dihitung. Cukup panjang !

Suatu hari, seorang guru yang rada galak, melihat gerak-gerik mencurigakan. Kawan kita tadi curiga contekannya ketahuan
Dengan reflek, catatan tadi dimasukkan ke mulut, dikunyah, seolah-olah.. sedang makan permen.
Contekan itu terus dikunyah...
Glek ! Astaga, amangoi.... contekan itu ditelannya... !
(sudah kepepet dia)

Lalu kawan tadi dirazia. Disuruh berdiri. Digeledah !
Aman dia. Lolos dari angka merah diraport !

Tapi akibatnya lain lagi.
Besoknya, dia dikabarkan tidak masuk sekolah, ijin sakit.
Mungkin rumus kimia yang sudah ditelannya berakibat lain.
Mungkin rumus-rumus itu berantam di perutnya.
Rumus kimia asam-basa reaksi diperutnya dan mengganggu keseimbangan usus.
Rupanya kena diare dia! Mencret-mencret...

Selasa, 05 Mei 2009

Foto Jadul



Buat kawan-kawan yang sudah kontak aku via email: ardian_faisal@yahoo.com
mana foto jadul kalian dulu waktu sekolah di sma 6 medan.
Di scan aja. Kirim ke emailku !
Honor pemuatan, ambil sendiri ke Hongkong !
He he he..


Makasih sebelumnya.


Kisah manejer poli...


Perkara main volley ball, main poli, cuma ada satu-satunya lapangan, ya itu tadi, di halaman sekolah yang merangkap tempat upacara, lapangan basket, badminton, potong qurban. Cuma itulah satu-satunya halaman yang dibanggakan !
Kalau jam sekolah bubar, biasanya antar kelas terjadi transaksi.
Artinya antar ketua kelas bertemu. berjanji tanding volley. Demi gengsi kelas.
Tanding volley tidak resmi.
Taruhannya, ya es acuan, kadang duit...!
Disini eksistensi kelas dipertaruhkan.

Bagian yang pegang duit, biasanya si anu... (tak kusebut namanya), bandelnya sa-alaihim, dia yang menjadi manejer, event organiser (EO) tak resmi di sekolah..
Kalau kalian tau, kelas mana pun yang menang, dia pasti untung.
karena dia yang pegang duit. Karena lebih dulu sudah dipotongnya komisi ! Dia pula yang rajin membujuk-bujuk antar kelas lainnya untuk tanding voley, ya pakai taruhan !
Kalau dipikir-pikir, dia PR (public relation) yang jago. Kalau sempat cita-citanya jadi bandar togel, pasti kaya raya dia !

Pernah suatu kejadian, pertandingan antar kelas dimulai. Dia manejernya.
Pelitnya bukan kepalang. Padangkiak ! Ngisap jahe !
Sambil teriak-teriak, minum es krim acuan, petantang-petenteng dia.
Nah, awakni sama kawan yang lain, cuma bisa cemberut liat tingkahnya sudah kayak Don King. Mulutnya teriak-teriak. Mengusir penonton di pinggir lapangan. Dianggapnya kita-kita ini predator !

Kami ini, yang badannya kerempeng, cuma bisa meringis, tidak bisa cari perhatian orang di lapangan.
Akhirnya.. suatu hari timbul pikiran gila.
Merapatlah kami ke dekat manejer sinting tadi ketika pertandingan seru sedang berlangsung.
Maka posisi di atas bis kota dimulai. Menjepit calon korban.
Dalam sekejap duit taruhan sudah berpindah. Mungkin tadi malam kawan yang dibebani tugas mencopet, malamnya sudah latihan copet pake kacang-ijo di dalam gelas. Ternyata jepitan tangannya sanggup menarik seluruh duit taruhan dari saku si manejer saraf itu!

Kami pun melenggang. Pergi makan-makan sepuasnya di cafe bufet sunyatsen.
Tertawa-tawa, membayangkan dan bercerita apa yang bakal terjadi.

Benar saja..
Besoknya si manejer sombong tadi sudah bonyok. Pipinya lembam. Akibat tak bisa bayar uang taruhan dari kelas yang menang volley. Padahal duit yang dipertaruhkan tadi....duit SPP !

Dilain pertandingan volley, tak pernah lagi dia berani jadi manejer.
Tak ada lagi teriakannya yang lantang mengusir-usir kami kayak tikus di pinggir lapangan.
Diam saja dia.
Hilang syor !

Ujian berenang



Waktu jadul, untuk lulus mata pelajaran olahraga itu ada dua penilaian.
Selain ujian teori, ya ujian praktek. Nilainya digabung 2, lalu dimasukkan di raport.

Bagi murid pejantan, yang paling sebel, ya ujian senam kesehatan jasmani (SKJ), yang pake tape, di halaman sekolah.
Supaya lancar ujian, tak jarang latihan di rumah, di depan cermin. Supaya besok nilainya bagus.
Dapat kaubayangkan, ada pejantan di depan cermin, di rumah, belajar senam, yang intro iramanya pasti sangat kau hapal: tet..tet..tereeet... satu hop dua, tiga hop empat !
Nah, yang paling yahud bergerak, sesuai postur badannya yang atletis, ya Pak Rudin. Gerakannya macho man !!
tapi coba kaulihat, pejantan IPA-3 : hmmmm...
Badan bergerak kayak robot, wajah tegang, tangan kayak salaman sama bapak bakal calon pacar: serba kaku ! Kadang kaki belipat-lipat.
Tapi tak apa dipaksakan, yang penting hapal, asal dapat ponten bagus....

Nah, kalau sama pak Sihombing lain lagi..
Dibawa ke kolam renang Jalan Deli, belakang Tapian Daya.
Nah, bagi pejantan yang tiap pelajaran renang hobby-nya cuma makan bihun goreng pedas dan es campur di pinggir kolam, yang akal-akalan cuma membanjur badannya di kamar bilas (supaya dianggap baru latihan renang). Nahhhh... pas ujian pasti kayak kucing kampung disiram air comberan, tak bisa beranang ! Gemetarrrr... !

Pernah kejadian, seorang kawan yang pintar berenang, sombongnya bukan main, dengan in action, dia nunggu aba-aba dari guru.
Tak taukah kalian, bahwa tadi tali kolornya sudah ditarik, dijahili seorang teman.
Nah, pengambilan nilai ujian dimulai. Lima murid pejantan berdiri di pinggir start. Pak Guru mulai teriak: satuuuu.. duaaaaa... tigaa !
Byuuurrr...!!
Tiba-tiba semua murid perempuan menjerit ! Menutup matanya !
Rupanya kawan yang sombong tadi, kolor renangnya melorot sampai lutut.. !
Berubah kakinya jadi tiga !

Rabu, 11 Maret 2009

Cabuuut...! Alias bolos...

Siapa yang suka bolos belum tentu pintar
Siapa yang pintar belum tentu suka bolos
Siapa yang bolos belum tentu bodoh
Siapa yang bodoh belum tentu pintar bolos..

(Cuapeeee dech ! )

Waktu jadul (jaman dulu), kalau bolosnya macam-macam. Ada yang pemain tunggal, berdua, bahkan kompak sekelas !
Kalau yang punya kereta (sepeda motor), ya cabut (bolos) ke Sembahe. Padahal, di sana, di daerah dekat red-light itu, maksudnya daerah mesum, ga tau apa yang dikerjakan. Paling-paling balik lagi ke Medan, main kebut-kebutan. Terkadang, main ke Sibahorok, Belawan, dan entah kemana lagi, yang penting ke luar kota.
Tapi, kalau ga punya kereta, paling nongkrong di warung, terkadang nonton di bioskop, ada bioskop Riang, Mayestik, dsb. Maklum, di 80-an, belum ada mall. Kalau ada eskalator, itu cuma satu-satunya di Medan, ya di Medan Plaza, dekat rumah si Bram ! (kabarnya si Bram baru pulang dari sekolah master di Inggeris ya).

Sebab bolos, ya macem-macem..
Kalau anak IPA, ya takut sama PR matematika, fisika dan kimia..
(mungkin jenuh sekolah kaleee.)

Pernah kejadian, di satu kelas, kompak bolosnya rame-rame. Pergi makan mie-sop mbak di jalan Darat !
Itu mie-sop favourit di Medan Baru. Lupa, entah di jalan apa, yang jelas dekat Radio Cardouva.

Besoknya. Ketua kelas di panggil kepala sekolah.
Ancamannya?
Yaahh...cuma diomelin. Diancam tidak naik kelas. Kecil lah itu ..
Kalau dipikir-pikir sekarang, yang jago-jago cabut itu, eh malah banyak yang keterima di USU.
Aneh memang...

Kalau cabut, untuk pacaran, wow, jaman dulu itu langka..
Sebab, tak berani, takut ketahuan sodaranya. Maklum, kalau di Medan, semua penduduk se-Medan kayaknya sodara. Jadi takut pacaran di depan umum. Takut kepergok...

Yang lucu, ada seorang kawan, bolos sekolah, nangkringnya di warung jalan Sisingamangaraja.
Tak taunya, warung itu di depan rumah guru.
Maka kepergoklah ia..
Dapat dibayangkan apa yang terjadi....

Ada pula seorang kawan, untuk alasan bolos dia nyuruh tukang becak nulis surat ijin, yang mengabarkan ia sakit. Dipilih tukang becak, katanya, karena tulisannya jelek mirip tulisan bapaknya.
Entah kenapa... terjadi malapetaka. Teman-teman sekolah rombongan bezuk ke rumah si pembolos yang "sakit"tadi. Surat sakti ijin sakit itu jadi bikin kacau. Emaknya naik pitam. Marah-marah. Sampai si pembolos tadi takut pulang...
Besoknya mudah ditebak, ia masuk sekolah dengan lebam bekas guratan tali pinggang di kaki, tangan dan badannya. Dilibas omaknya dia ! Aih mak jaaaangg ! Sakit na tidak zebberap, tapi malunnaini... !




Selasa, 24 Februari 2009

Kenakalan remaja..

Kenakalan waktu di SMA 6 Medan, kadang-kadang menjengkelkan orang, sering membuat ortu dan guru merepet habis-habisan..
Tapi ya itulah, namanya juga gejolak remaja.
Kadang-kadang ingin MPO (MenarikPerhatian Orang), eksistens diri, kampungan, lantam, tak masuk diakal.
Kdang-kadang, yang bandel, nakal, itu yang "rada" pintar..
Daripada diam-diam, tapi "bodo", ingusnya meleleh, ketiaknya bau, kan nggak ada kenangan. Iya kan?
Coba kalian survey, kalau diamati dari alumni sma 6 medan, yang banyak berhasil jadi "orang", mungkin banyak yang bandel dan nakal waktu SMA-nya.


(Nah, anda yang merasa, pasti saat ini nyengir2 kuda...!)
Ha .. ha.. ha..
Maka dengarlah nyanyian Iwan Fals:

Guru Oemar Bakri

Tas hitam dari kulit buaya
"Selamat pagi!", berkata bapak Oemar Bakri
"Ini hari aku rasa kopi nikmat sekali!"
Tas hitam dari kulit buaya
Mari kita pergi, memberi pelajaran ilmu pasti
Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu
(*)
Laju sepeda kumbang di jalan berlubang

S'lalu begitu dari dulu waktu jaman Jepang
Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang
Banyak polisi bawa senjata berwajah garang

Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan
"Berkelahi Pak!", jawab murid seperti jagoan
Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut, cepat pulang

Busyet... Standing dan terbang
Reff.

Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri

Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati

Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri

Oemar Bakri... Profesor dokter insinyur pun jadi
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri
Kembali ke (*)
Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan
"Berkelahi Pak!", jawab murid seperti jagoan

Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut
Bakrie kentut... Cepat pulang
Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri
Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi

Jadi guru jujur berbakti memang makan hati
Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri
Oemar Bakri..
. Bikin otak seperti otak Habibie

Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri



PERGI SEKOLAH

Oh ibu dan ayah selamat pagi,
Kupergi sekolah sampaikah nanti,
Selamat belajar nak penuh semangat,
Rajinlah selalu tentu kau dapat
Hormati gurumu sayangi teman,
Itulah tandanya kau murid budiman

hayooo.. siapa yang masih ingat irama SKJ ??
tet..te..tet tet..te..
satu..dua...tiga...empat, mulai !
Maka : "Kamu ke depan ! Pimpin senam...! Teriak Guru Olahraga.
Alamaaaak. Mati awak ! Lebih baik awak disuruh keliling stadion teladan tujuh kali, daripada disuruh pimpin senam. Belipat-lipat kaki awak dibuatnya, tak tau!

Jumat, 20 Februari 2009

DICARI : ALUMNI SMA 6 MEDAN, dimana saja berada...

Alumni SMA 6 Medan yang melanjutkan studi ke universitas di pulau Jawa itu, bermacam-macam.
Yang paling banyak, pasti ke Institut Pertanian Bogor (IPB).
Maklum, sekurangnya tiap tahun sekitar 3 sampai 5 orang, tanpa testing dikirim ke IPB, tanpa melalui tes SKALU, PERINTIS, SPMB, dst. Cukup dengan raport yang baik. Direkomendasi sekolah, diterima di IPB.

Beda yang melalui tes SKALU, PERINTIS 1 (Barat), SPMB, testing langsung dari Medan, atau merantau ke Jawa, jumlahnya cukup sedikit.

Di era 80-an, yang diterima masuk tes melalui jalur SKALU, PERINTIS, SPMB, jumlahnya tidak lebih 5 orang diterima di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Katakanlah Edwin Achdiat (79), Zulpan (80 ?), Andi (80), Surya Satria (81), mungkin masih ada yang lainnya, masuk ITB lewat tes. Rata-rata mereka berangkat ke Bandung, ikut bimbel, dan diterima di ITB. Ada juga gagal setahun, kemudian diterima tahun depannya.
Namun, ada juga yang tembak langsung, tes dari Medan, langsung diterima di ITB, contohnya Asbi (82). Yang terakhir ini, species langka, ordo nasib dan sub-ordo pintar, itu kata pak Sinulingga, guru SMA 6, pengajar Biologi itu.
Sebagian dari mereka terpaku di Bandung, dapat mojang Bandung nan geulis, sekalian dapat ijazah dan ijab-zah, bonusnya memperbaiki keturunan.

Tapi ada yang diterima di Universitas Indonesia (UI) Jakarta, ini juga biasanya merantau, naik pesawat, Tampomas atau bis ALS. Sedikit yang tembak langsung, biasanya adaptasi bimbel, ikut famili, uwak, paman, opung, bere karona, dst, diterima tes di UI. Yang kuingat, ada anak 82, yang diterima di FE-UI, belum lagi yang ngambil diploma, dst. Mungkin ada yang kerja dulu, lalu ngambil extension, masuk ekonomi jurusan senja, alias kuliah sore.

Kalau di Universitas Padjadjaran (UNPAD), katanya banyak. Ada yang di PAAP, Diploma, tak tau aku nama-namanya. Ada yang di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Universita Airlangga (UNAIR) dan Institut Teknologi Surabaya (ITS), Surabaya.

Belum awak dengar, yang masuk ke Universitas Udayana Bali. Mungkin sekalian ingin jadi turis, tapi nyangkut di Pulau Dewata. Siapa tau, sekalian dapat hadiah tatto dia dari sisi pantai Kuta.

Nah, yang disebut-disebut tadi tingkat sarjana (S1) di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

Tapi kalau yang tingkat pascasarjana (S-2), spesialis, studi profesi, dan Doktor (S-3), itu macam-macam lah jalannya!
Bisa nyangkut dulu sarjana swasta di Medan, Jakarta, dan kota lainnya, kemudian S2 atau S3, lulus dari PTN.
Bahkan S-2 atau S-3 alumni universitas Luar Negeri.
Tak jarang ada yang langsung, tamat SMA 6 Medan, terbang ke luar negeri. Kuliah dan menetap di LN.

Bahkan, gilanya, sarafnya, ada pulak yang sok gelar, dia beli melalui biro jasa gelar MBA, Msc, Ph.D alumni luar negeri, yang bayarnya 10 jutaan. Wisudanya di hotel. Atau beli lewat open university di internet (orang Medan bilang, universitas ternganga !)
Itu universitas kandang ayam ! Tak jelas kuliahnya. Kalau ditanya dalam bahasa inggeris, tak bisa nafas, persis ikan gobi parit jalan Ansari, megap karena limbah.
Hobinya pun cuma buat kartu nama banyak-banyak !
Yang ini, harap kita masukkan dalam intelectual harassement, dan jangan diundang dalam kegiatan alumni ! Buat malu sma 6 medan aja... Tapi awak yakin, nggak ada itu alumni sma 6 medan memakai ijazah sarjana atau pasca sarjana S2-S3 aspal (asli tapi palsu), kecuali kalau orang itu waktu SMA-nya dulu ada bakat senget-senget-nya, kayak layangan buatan jalan Japaris... bawaannya nungkiiik aja terus ke rumah janda. (maaf, maaf, mangap, kalau ada yang tersingung, awak ini cuma bercanda kok. Sumpah ! Swear ! Samber gledek !)


Yang aku bayangkan, mungkin, mungkin,
Kalau tau Prof. Dr. Sofyan Souri, SE (Ak.), alumni sma 6 medan, alumni FE USU, yang ngajar di Univ. Trisakti Jakarta, mungkin aja dia bilang : tak accountable itu !
Kalau kata dr. Bob Bachsinar, SpB, alumni sma 6 (81) yang gagal jadi pereman komat, alumni FK-UISU, FK-Unair, mungkin dia bilang: orang kayak gitu senget lah! Bak awak sunat dia ! (He..he.. si Boy itu, ahli sunat, nanti kalau alumni yang mau disunat lagi, gratis..bak aku ukir biar ada jenggernya ! katanya).
Boy, Boy, Boy ! ingat awak dulu kelas 2 SMA bedah Kucing? Lampu kamar awak tuh di Amaliun, waktu SMA dulu, di atas kusen pintu pake lampu disco: merah-hijau-kuning. Berhasil pulak cita-cita awak ni.

Kesimpulannya, pertemuan alumni, bukan cuma pembuktian gelar atau jadi pejabat, tapi mudah-mudahan bisa bantu kasi bea siswa bagi pelajar sma 6 medan yang berprestasi dengan menyiapkan dana abadi, bantu sekolah, dan bantu masyarakat miskin yang mau sekolah tapi tak mampu.
Mudah-mudahan semua alumni sma 6 medan bisa masuk surga ! Amien... !


Nah, jangan cepat percaya sama gosip ya..
Harus bisa dibuktikan dulu.
Hubungi Panitia Alumni, untuk ikut rame-rame ngumpul.
Ingat, jangan CLBK... (Cinta Lama Bersemi Kembali). Hati-hati alas (hak) sepatu para bini, sekarang sudah terbuat dari baja. Bisa bocor nanti kepala awak !
He.. he.. he..

Kamis, 19 Februari 2009

PREMAN LONTONG ala sma 6..

Boleh percaya, boleh tidak.
Walaupun Preman itu asal katanya Free Man (manusia bebas).
Tapi yang mempopulerkan itu anak Medan !
Karena Medan, pada`waktu dulu, suka membuat istilah-istilah yang populer di Tanah Air, diserap anak gaul Jakarta, jadinya meng-indonesia. Seperti : saraf kau ! Tenggen ya ! mentiko kali, ciak dululah, libas, begadang , coy, nanduk, dsb !

Preman lontong itu, mulanya suka begadang. Pulang pagi kelaparan, nanduk (malak) sarapan di pasar tradisional (pajak!). Takutnya dijewer sama emak ! Tattonya, lidah menjulur (mick jagger), atau tanda LOVE berikut panahnya. (Kadang2 ditulis I love yu Tulkiyem, tergantung nama pacarnya). Dibuat di dada. Tertutup baju. Takut kelihatan emaknya ! Kadang tatto tai lalat, dibuat di bawah bibir kiri. Lebih gila lagi, dibuat garis janggut di bawah bibir, niru penyanyi Eddy Silitonga !
Buatnya, pake pil mencret, ciba, dicelup jarum ujungnya dililit benang ! Ditusuk-tusuk, sembari nyedot gelek !
naudzubillah min dzaliiiiikkkk..... !!!
(mudah-mudahan tak ketahuan anak, kelakuan awak di masa lalu !)

Preman lontong sma 6, lain lagi. Nongkrongnya di warung acek ! Kerjanya cabut atau bolos sekolah. Bukunya diselip di belakang baju, atau kaos kaki ! Merokok di buffet sun yat sen !
Sepatunya ditulis2. Kalau dulu, seragam sma 6, cukup unik, putih-putih ! Kayak pegawe kamar mayat Pirngadi ! (sma lain udah abu-abu-putih). Jadi kalau mau pergi sekolah, awak suka diledek preman komat: "Dinas wak ?! Berapa yang mati semalam?!"
Busam muka awak !

Nah... kalau pak Hasan suka vespanya berenti di buffet.
Preman lontong ngumpet di kolong meja !
Pernah kejadian, emaknya datang ke buffet, si murid yang tadinya lantam, sok preman, kepergok, langsung dijewer emaknya, masuk sampai masuk ke kelas !
"Hilang preman awak coy .. !"

NAIK APA PERGI KE SEKOLAH?

Guru pergi mengajar ke SMA 6 Medan bermacam-macam

Era 70-an :

jalan kaki
Agak langka guru jalan kaki, boleh dibilang hampir tidak ditemukan.

naik beca/bemo/sudaco
naik beca, ini kelas mahal.
naik bemo, sudaco, (75-80-an), ini paling banyak.
Damri itu ditahun 75-an, mulai beredar, lumayan, ada guru yang naik, terutama yang rumahnya di daerah jauh, jurusan Tg.Morawa, P.Berayan, Kp.Lalang.



naik sepeda
Ini yang paling banyak, disebut juga naik sepeda kumbang dan ontel
Guru laki-laki, naik sepeda palang, biasanya merk Phoenix buatan Shyacherng Co.Ltd.
Kalau buatan Raleigh atau Gazelle, wah ini termasuk kelas ferary-nya jaman doeleoe. Buatan Inggeris.
Termasuk kelas mahal, miliknya onderneeming. Lereng (Sepeda, bhs.jawa) bekas mantri kebon !
Tapi tetap saja sepeda yang banyak dipakai, sepeda buatan Pulau Berayan. Disebut buatan solowakia ! (bukan Chekoslowakia), alias eks besi bekas yang dirangkai, dilas, dicat bagus, banyak dijual di kota daerah Surabaya, harganya waktu itu 5000 sampe 10.000 perak !

Jangan lupa, kadang-kadang, guru pake sepeda, penuh dengan tambahan asesoris gantungan, modifikasi boncengan, bahkan sekalian bisa naik boncengan 2 anak dan isteri di belakang, plus satu anak duduk nyerong di depan !

Kalau naik mobil,
langka sekali ! Paling-paling, ada Fiat, Chevrolet kayak taksinya si Poltak.
Bensinnya 1 - 4, alias 1 hari dipakai kesekolah, 4 hari mogok.
Ada juga yang pake Mercy 180, buatan tahun 1957, kayak mercy Buldog ! Takan akan disebut siapa guru pemiliknya, nanti merah pulak di raport awak !
Terkadang itu, mogok, terparkir seminggu, di pinggir jalan ansari, dekat gerbang sekolah.


Pernah kejadian, seorang kawan sekolah, kotak-katik, pintu bagasi mobil terbuka. Akhirnya, jadi penyimpanan buku, tas murid yang bolos. Maklum, mobil lebih seminggu tak diambil pemiliknya. Tempat rahasia penyimpanan rokok, tas dan buku buat bolos memang dianggap paling aman. Singkat cerita, mobil tiba-tiba menghilang, diambil guru pemiliknya.
Besoknya....
Ada 6 murid dipanggil guru piket, di strap !!
Termasuk murid yang nggak tau apa-apa, karena buku PR-nya dipinjam si pembolos,
ikut ketinggalan di bagasi mobil itu !
He he he



Selasa, 17 Februari 2009

Lagi-lagi es krim cuan


Chuan & gerobak esnya
(foto courtesy: FB SMA 6 Medan)



Kalian tau,
apa pekerjaan yang paling berat di dunia ini?
Jawab : membayar hutang !

Apa dosa terbesar waktu skolah di sma 6 medan?
Jawab : curi uang milik keluarga orang meninggal !

LHO?
Iya, aku pernah lihat, kalau ada keluarga murid yang meninggal, entah ortu, adik, kakak, abang, dst, biasanya ada yang berinisiatif mengumumkan berita duka, biasanya 2 orang murid: yang satu menyampaikan kabar, murid yang satu lagi menjajakan kopiah/peci, ke tiap kelas, tak peduli sedang pelajaran apa, gurunya siapa. Semua patuh, kasih saweran !

Terkadang kalau tak punya peci/kopiah, terpaksa kopiahnya pak Amin (kepala Perpustakaan) jadi sasaran dipinjam , yang memang tiap hari ia berkopiah.

Gilanya, kalau duit sudah terkumpul,
ada yang nilep, nyopet, duit dari dalam kopiah !
Dibuat beli es krim cuan !

Kalian tau sebabnya?
Karena:
berita kematian yang disampaikan itu sebenarnya bohong.
Dan anak murid yang dijahili keluarganya wafat, bakalan marah-marah.

memang itu ide gila tak berperikemanusiaan...!
tapi itulah kelakukan dua murid iseng
Mudah-mudan dalam reuni akbar nanti, dia datang untuk minta maaf.
Tapi minta maaf kepada siapa?
????

Senin, 16 Februari 2009

Sekedar Intermezzo...

Si Ucok sambil ngotot bilang: "Archimedes itu orang batak tau !"

Ale amangoi... !
Cammana pulak itu Ucok?

(Kalau kedengaran pak Sopian Sori, guru Fisika paling kalem itu, Archimedes itu orang Batak, pasti marah dia. Coba kalian bayangkan, kalau pak Sopian Sori menghapus papan tulis, pelan, apik dan slow-motion, ditambah tulisannya yang rapih, tegak, mempersona).


Coba kalian dengar, si Ucok membuat dalil:
"molo adong bodda ni lulupkan tu bagasan ni aek...
marhurang boratna, saborat bodda ni lulupkan..."
(Bila ada suatu benda dicelupkan ke dalam bejana
maka berkurang beratnya seberat benda yang dicelupkan).

Zadi jelazzz kann....Archimedes itu orang batak!
Teriak si Ucok.
Tak peeercaya kalian kan?
Coba lihat saja foto Archimedes, itu kayak foto opungku, si si....
(bah ! padahal kayak gitaris rock, Ritchi Blackmore-nya Rainbow, kutengok!)




Kerek timba...

Kalau jajan di es krim Cuan, bosan lah itu..
Jajan di pintu rumah Arab, dekat meja piket, udah biasa...

Kalau jajan pake timba..
Ini yang luar biasa !

Kebiasaan ini turun temurun.
Jajan dari kelas atas, di belakang sekolah.
Jajannnya pake tali timba, yang di kerek ke kelas atas, di belakang sekolah.
(terusan jalan Antara)
Persis kayak film "Ayat-ayat cinta"...
Kalau ketahuan guru, bisa runyam,
sering dijewer guru dari belakang (karena ada yang nitip beli rokok !)
Sakitnya tak sebarapa, tapi malunai ni ... !

Lembu lepas...

Ada kenangan yang lucu,
ingat waktu lebaran haji, ada dua lembu (sapi) tertambat di tiang lapangan basket sekolah.

Malam idul adha, banyak yang nongkrong di lapangan basket.
Bawa gitar. Diam-diam, ada saja yang bawa kamput !

Singkat cerita,
bermain gitarlah, lagu-lagu Ahmad Albar "Dunia ini, panggung sandiwara... dst "
Jreng ! Jreng ! " Hei setan kau berdusta, membujuk adam-hawa... dst" Jreng ! Jreng !
Terkadang main lagu John Denver. "take me hom country road..."
Suasana memanas, yang mabuk kian kalap, menunjukkan eksitensi remajanya !
Diam-diam botol kamput tegak di lingkaran murid.
Alamakjaaang... ! Mulai tenggen pulak !

Entah kenapa, entah siapa yang jahil..
Hidung lembu dijejali jangkrik ! Tali Lembu kurban sengaja di lepas,
Gembok gerbang pintu sekolah sengaja diganjal korek api. Tak bisa dibuka !

Lembu mulai liar... !
Menyeruduk !
Amangoi..
Semua kocar-kacir !
Yang mabuk mendadak sadar ! (terbukti cuma lagaknya saja sok mabuk ! Mentiko awak !)

Semua terbirit-birit dikejar lembu !
Ha.. ha ha.. !
Jadi hilang mabuk awak !
Saksinya: Adi Surya Harun (81), ketua OSIS !
Tangkap dia nanti di reuni !



Coba tebak, mirip muka siapa lembu ini...
Jangan-jangan mirip........ kelas......
J
angan gitulah wak !

SMA 11 alias warung kopi sun yat sen

Kalau dulu bolos, biasanya murid laki-laki, nongkrong di warung kopi (buffet), di simpang Sun Yat Sen.
Yang suka merazia, yaitu Pak Hasan yang rumahnya di Gedong Arca (guru kimia, sekaligus wali kelas).
kalau sudah merepet... "kalian jangan buat lagi sma 11 !" bentaknya.
Maklum, era 80-an, sma negeri yang ada di Medan, cuma sampe sma negeri 10.
Maksud "SMA 11 " itu, ya murid-murid yang banyak nongkrong bergerombol di buffet sun yat sen. Berpakaian seragam putih-putih, kayak seragam penjaga kamar mayat !

Kalau vespa pak Hasan mendadak berenti di buffet, maka berhamburanlah lintang-pukang murid cari selamat. Takut diciriin.

Kalau berantem (tawuran) sama anak SMA negeri 9 Medan, yang letaknya tetangga seberang jalan. Agak seru. Maka batu melayang, melewati atap rumah pecinan, saling lempar bolak-balik. Cuma batas satu bubungan atap rumah. Murid-murid yang ada di lapangan basket tiarap. Siswa laki, bak pahlawan, ikut lempar-lemparan. Soal ini, tanya saja si Karim (80), yang sekarang jadi Lurah di Bandung, dia salah satu pelakunya ! Tangkap nanti dia acara reuni !

Kalau Gong Xi Fat Chai atau Imlek,
maka jeruk-jeruk di tempat berdoa di samping pintu rumah pecinan itu, hilang disentap murid. Kacau kan !
Memalukan...memalukan...
Padahal Lie Hai An, Tie Cien Tian, Cin Cin, Mei, dll sudah menyiapkan kue-kue imlek, kue bakul, di rumahnya.
Aduhai nikmatnnya kerukunan beragama di SMA 6 Medan.
Rusli, Rusmin, di manakah engkau berada sekarang?


Ucok London... dan foto jadul...

Inilah Kepala SMA 6 Medan di tahun 1970-an, dulu namanya Direktur ! (keren kan... Direktur !)
Kata abang saya, Pak Diapari Nasution pernah berkunjung ke London, Inggeris.
kalau mengajar, tak lupa, di depan murid suka menceritakan suasana London.
Tak habis-habisnya.
Maka sering diberi julukan "ucok london" ...
(ini foto kiriman Burhan Batubara, diunduh dari Plasa.com)
Kalau tak salah, Pak Burhan, itu juga guru di SMA 6 Medan.
Tapi awak lupa, ngajar apa Pak Burhan dulu, tolong kasi tau ya...



Terus ada foto guru-guru di tahun 1970-an, lihat aja fotonya, cukup unik kan?
Jangan lupa, dulu banyak yang naik sepeda, kadang naik bemo
Kalau naik bemo, baju putih sang guru, acapkali tercemar karat palang senderan bemo, maka karat besi itu membekas di belakang baju putih guru. Sedihkan jadi guru masa lalu...
Mangkanya : hormatilah gurumu yang bisa membuatmu jadi Professor Doktor di masa sekarang ini. Jangan lupa kacang pada kulitnya, buyuang... !


Di kursi mana kira-kira dalam foto jadul di atas Bu Zahniar dan Pak Rudin?
Yang mana ya Pak Kadir? Pak Hasan? Pak Gading? Mas.. eh pak Marwoto ?


Nah, coba bayangkan, dulu Band Rhythm King (Darma, Darmawi, dan Darmawan ) merupakan band papan atas di Indonesia, saingan beratnya band The Minstrel’s dan The Great Session, itu grup rock ngak-ngik-ngok di masa lalu yang terkenal di Medan.
Kalau tanding musik underground, memang benar-benar adu keras loudspeaker, di Lapangan Merdeka. Dua band langsung di adu dalam 2 pentas berhadapan. Hebat kan !
(mana ada di jaman sekarang 2 band rock diadu kayak gitu !)
Kadang-kadang pake atraksi di tanam atau makan ular ! Jangan lupa, rambut terurai panjang... tentu tak pake tanliper (tancho lima perak, yang belinya disusun kayak lotere dijepret di selembar karton, di kios2). Walaah !

Nggak percaya? Rumah-rumah panggung reot di Komat, suka mengeraskan louspeaker besarnya dengan musik ngak-ngik ngok underground, akibatnya rumah panggung reot itu bergetar-getar, demam, kayak mau tumbang. Yang penting syor lah !


Rhythm King (Purba Bersaudara) sempat manggung dalam acara perpisahan lulusan angkatan 73 SMA 6 Medan. Ya itu tadi, Kepala SMA-nya Pak Diapari Nasution (ucok London). He.. he.. he.

dua burung bernyanyi...
dengan indah sekali....
tapi dekat di situ...
ada satu pemburu...
dia lalu menembak...
satu burung terjatuh...
sungguh sedih..
dst
(
by Rhythm King)

Itu salah satu bait yang awak ingat, suka dipancarkan lewat Radio Amatir ECHO 541, pengelolanya anak (keluarga) Prof. Ani Abbas Manopo.
Jangan lupa, penyiarnya "Mener Megeng", jam 5 sore !
Alamaaak ... ! Apa pulak pakcik ni...

Kalau gitu, tolong abang, Oom, kakek kirimkan foto jadul (jaman dahulu) ke email awak: ardian_faisal@yahoo.com. Biar awak tampilkan di blog ini.