Alumni SMA 6 Medan yang melanjutkan studi ke universitas di pulau Jawa itu, bermacam-macam.
Yang paling banyak, pasti ke
Institut Pertanian Bogor (IPB).Maklum, sekurangnya tiap tahun sekitar 3 sampai 5 orang, tanpa testing dikirim ke IPB, tanpa melalui tes SKALU, PERINTIS, SPMB, dst. Cukup dengan raport yang baik. Direkomendasi sekolah, diterima di IPB.
Beda yang melalui tes SKALU, PERINTIS 1 (Barat), SPMB, testing langsung dari Medan, atau merantau ke Jawa, jumlahnya cukup sedikit.
Di era 80-an, yang diterima masuk tes melalui jalur SKALU, PERINTIS, SPMB, jumlahnya tidak lebih 5 orang diterima di
Institut Teknologi Bandung (ITB).Katakanlah Edwin Achdiat (79), Zulpan (80 ?), Andi (80), Surya Satria (81), mungkin masih ada yang lainnya, masuk ITB lewat tes. Rata-rata mereka berangkat ke Bandung, ikut bimbel, dan diterima di ITB. Ada juga gagal setahun, kemudian diterima tahun depannya.
Namun, ada juga yang tembak langsung, tes dari Medan, langsung diterima di ITB, contohnya Asbi (82). Yang terakhir ini, species langka, ordo nasib dan sub-ordo pintar, itu kata pak Sinulingga, guru SMA 6, pengajar Biologi itu.
Sebagian dari mereka terpaku di Bandung, dapat mojang Bandung nan
geulis, sekalian dapat ijazah dan ijab-zah, bonusnya memperbaiki keturunan.
Tapi ada yang diterima di
Universitas Indonesia (UI) Jakarta, ini juga biasanya merantau, naik pesawat, Tampomas atau bis ALS. Sedikit yang tembak langsung, biasanya adaptasi bimbel, ikut famili, uwak, paman, opung, bere karona, dst, diterima tes di UI. Yang kuingat, ada anak 82, yang diterima di FE-UI, belum lagi yang ngambil diploma, dst. Mungkin ada yang kerja dulu, lalu ngambil
extension, masuk ekonomi jurusan senja, alias kuliah sore.
Kalau di
Universitas Padjadjaran (UNPAD), katanya banyak. Ada yang di PAAP, Diploma, tak tau aku nama-namanya. Ada yang di
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta,
Universita Airlangga (UNAIR) dan
Institut Teknologi Surabaya (ITS), Surabaya.
Belum awak dengar, yang masuk ke
Universitas Udayana Bali. Mungkin sekalian ingin jadi turis, tapi nyangkut di Pulau Dewata. Siapa tau, sekalian dapat hadiah tatto dia dari sisi pantai Kuta.
Nah, yang disebut-disebut tadi tingkat sarjana (S1) di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Tapi kalau yang tingkat pascasarjana (S-2), spesialis, studi profesi, dan Doktor (S-3), itu macam-macam lah jalannya!
Bisa nyangkut dulu sarjana swasta di Medan, Jakarta, dan kota lainnya, kemudian S2 atau S3, lulus dari PTN.
Bahkan S-2 atau S-3 alumni universitas Luar Negeri.
Tak jarang ada yang langsung, tamat SMA 6 Medan, terbang ke luar negeri. Kuliah dan menetap di LN.
Bahkan, gilanya, sarafnya, ada pulak yang sok gelar, dia beli melalui biro jasa gelar
MBA, Msc, Ph.D alumni luar negeri, yang bayarnya 10 jutaan. Wisudanya di hotel. Atau beli lewat
open university di internet (orang Medan bilang, universitas ternganga !)
Itu universitas kandang ayam ! Tak jelas kuliahnya. Kalau ditanya dalam bahasa inggeris, tak bisa nafas, persis ikan gobi parit jalan Ansari, megap karena limbah.
Hobinya pun cuma buat kartu nama banyak-banyak !
Yang ini, harap kita masukkan dalam
intelectual harassement, dan jangan diundang dalam kegiatan alumni ! Buat malu sma 6 medan aja... Tapi awak yakin, nggak ada itu alumni sma 6 medan memakai ijazah sarjana atau pasca sarjana S2-S3 aspal (asli tapi palsu), kecuali kalau orang itu waktu SMA-nya dulu ada bakat
senget-senget-nya, kayak layangan buatan jalan Japaris... bawaannya nungkiiik aja terus ke rumah janda. (maaf, maaf, mangap, kalau ada yang tersingung, awak ini cuma bercanda kok. Sumpah ! Swear ! Samber gledek !)
Yang aku bayangkan, mungkin, mungkin,
Kalau tau Prof. Dr. Sofyan Souri, SE (Ak.), alumni sma 6 medan, alumni FE USU, yang ngajar di Univ. Trisakti Jakarta, mungkin aja dia bilang : tak
accountable itu !
Kalau kata dr. Bob Bachsinar, SpB, alumni sma 6 (81) yang gagal jadi pereman komat, alumni FK-UISU, FK-Unair, mungkin dia bilang: orang kayak gitu
senget lah! Bak awak sunat dia ! (He..he.. si Boy itu, ahli sunat, nanti kalau alumni yang mau disunat lagi, gratis..bak aku ukir biar ada jenggernya ! katanya).
Boy, Boy, Boy ! ingat awak dulu kelas 2 SMA bedah Kucing? Lampu kamar awak tuh di Amaliun, waktu SMA dulu, di atas kusen pintu pake lampu disco: merah-hijau-kuning. Berhasil pulak cita-cita awak ni.
Kesimpulannya, pertemuan alumni, bukan cuma pembuktian gelar atau jadi pejabat, tapi mudah-mudahan bisa bantu kasi bea siswa bagi pelajar sma 6 medan yang berprestasi dengan menyiapkan dana abadi, bantu sekolah, dan bantu masyarakat miskin yang mau sekolah tapi tak mampu.
Mudah-mudahan semua alumni sma 6 medan bisa masuk surga ! Amien... !
Nah, jangan cepat percaya sama gosip ya..
Harus bisa dibuktikan dulu.
Hubungi Panitia Alumni, untuk ikut rame-rame ngumpul.
Ingat, jangan CLBK... (Cinta Lama Bersemi Kembali). Hati-hati alas (hak) sepatu para bini, sekarang sudah terbuat dari baja. Bisa bocor nanti kepala awak !
He.. he.. he..