Minggu, 31 Mei 2009

Jual buku, beli buku...

Foto stasiun keretan api medan tahun 1937. Sumber:www.pustakasumut.com/tempodulu.php

Kalau naik kelas, awal pelajaran baru, biasanya semua sibuku dengan buku.
Buku-buku pelajaran baru bisa dibeli bisa paket atau eceran. Tergantung kesiapan guru. Bayarnya melalui Ketua Kelas.Tidak ada paksaan.
Yang enaknya lagi, bagi yang punya kakak/abang, sodara, tetangga dekat, yang sekolahnya juga di SMA 6, bisa masihb bisa dipake kembali. Jadi, bisa dapat buku warisan kakak kelas.

Kalau aku, biasanya suka beli buku bekas.
Tempatnya, ya Titi Gantung ! Dekat Stasiun Kereta Api, Lapangan Merdeka.
Kalau buku bekas, bisa dibarter dengan buku yang sudah tidak terpakai. Tinggal nambahin uang saja. Tapi buku yang tidak terpakai lagi (lantaran naik kelas), walaupun tampak baru, tetap saja diharga 10 sampai 30% dari harga beli. Ya, daripada dikilo, lebih baik dilego saja ke Titi Gantung!
Kalau beli buku bekas, unsur kesengajaan yang dicari adalah: milih buku yang sudah ada isiannya... ! Walaupun kadang banyak jawaban yang salah, paling tidak, bisa bantu sikitlah ngerjain PR...

Pernah buku hilang, ketinggalan di becak.
Terpaksa beli lagi buku bekas judul yang sama ke Titi Gantung.
Tapi....kejadian nggak sengaja, setelah lima hari dipakai, baru ketahuan di halaman dalam ada corat-coret nama pemiliknya. Ternyata buku tersebut punya kawan sekelas...si X !
Amboi... !
Sumpah, tak awak bahas disini, takut awak diacara reuni nanti, bisa ditumbuknya awak lantaran bongkar rahasia !
Parah kali...


Minggu, 24 Mei 2009

Botak sexi...

Hal yang paling menyakitkan hati bagi murid laki-laki ya razia rambut.
Dulu di SMA 6 Medan (sampai sekarang), soal rambut suka menjadi perhatian. Maklum saja, waktu itu murid laki-laki baru mengenal salon.

Bisanya banyak yang pergi ke tukang potong rambut (tukang pangkas).
Kalau ke tukang pangkas, ya bonusnya bisa dipijat, plus korek kuping. Bayangkan, kalau dipijit (dikusuk) kepala dan bahu, setelah itu dikilik-kilik kuping (dibersihkan), adumaaak.. rasanya melayak awak ke langit 6,5. Mulut pun meleleh, ngacai..alias ngences... hiiy !
Tukang pangkas kayak gini, pergi saja ke depan Medan Fair, silahkan ngantri pangkas dengan apek-apek !
Modelnya, juga agak unik.
Cukup bilang: "aku mau 5-2-3 ! "
Tukang pangkas pasti sudah ngerti.
Arti 5-2-3 adalah : 5 sentimeter panjang rambut jambul depan
2 sentimeter panjang rambut samping
3 sentimeter panjang rambut belakang.
Gaya sisiran: belah pinggir !
Malah ada yang 3-1-1 : nah, yang ini model satpam ! Cepak.

Kalau mau hemat, malah ada yang ke salon DPR (Dibawah Pohon Rindang).
Dulu, sebelum ada "Merdeka Walk", di Lapangan Merdeka, terkenal dengan tempat orang jual obat (obat koyok). Jual obat entah apa-apa, sampe ilmu kebal dan obat "tahan lama". Tapi tak ada yang jual obat "tahan lama" direpetin omak di rumah. Macam saja yang dikoyokkan, untuk menarik minat pengunjung iseng.
Nah, di tempat inilah banyak salon DPR tadi. Harganya murah. Cukup limpul !

Bahkan, yang lebih murah lagi, kadang-kadang ada saja lewat di depan rumah tukang pangkas keliling. Di daerah Komat (Kota Maksum), banyak ajo-ajo yang berprofesi tukang pangkas keliling. Perabotan dinasnya, tas echolac hitam, persis direktur, serta kursi kayu lipat, kayak kursi sutradara film !
Harga pangkasnya pun, bisa tawar menawar. Makin sore, harganya makin murah. Jadi pangkaslah diwaktu sore... bisa-bisa modelnya compang-camping, tak rata trambut dipangkas karena menjelang magrib, gelap, tak kelihatan sama si ajo.
Biasanya, tukang pangkas keliling, sering untuk anak kecil, kepalanya ditutup batok kelapa atau baskom, biar potongannya melingkar, disikat pakai ketam...

Kalau ke salon, bisanya pergi ke pajak Hongkong, sembari beli kaset lagu import, bahkan banyak dijual piringan hitam. Model rambut, waktu itu, niru penyanyi David Casiddy dan David Bowie, gaya sisiran belah tengah ! Harganya cukup mahal, cepek !
Apalagi ditambah setelan baju biru dengan benang merah dan celana jins ajo sukarame, wah mantaffffff ! Persis kayak knek Damri !

Tapi kalau pangkas gratis....
Gampang......
Panjangkan saja rambut sampai kerah.....
Lalu jalan melenggang di depan pak H
Maka dalam tempo sesingkat-singkatnya, kayak teks proklamasi saja, tangan pak H cepat menyambar. Secepat kilat: "Sreek ! Sreeek !"
Bereslah, rambut awak bocel-bocel disikat gunting pak H.
Maklum, waktu itu beliau wakil Kepala Sekolah.
Kalau sudah begini mau model apa lagi?
Terpaksalah... pergi ke jalan Antara. Karena waktu dirazia rambut, tak tertolong lagi mau dipangkas model apa, jadi kepalang tanggung, dibotakin sajalah... !
( Iya kan Karim, Afriadi, Hilman? )
Menderitanya awakni...
kepala botak persis pentul korek api...!

Jumat, 22 Mei 2009

Daun Cinta yang mengering...


Yang paling menyenangkan, ya praktikum biologi.
Gurunya Pak Sinulingga.
Sangat langka beliau kelihatan marah. Paling hebat, cuma lempar kapur saja, itu kalau murid sudah keterlaluan.
Humornya pun tingkat tinggi.
Kalau otak yang loading-nya lambat kayak jalan labi-labi, pentium 2, pasti ngalami kesulitan nangkap humornya. Biasanya, murid baru tertawa, setelah 5 menit dia ucapkan joke, humor. Sudah awak bilang tadi, humornya tingkat tinggi... !

Kadang-kadang, untuk mengenal dunia flora, disuruhnya kita mengeringkan daun-daun di simpan dibuku selama sebulan. Sehingga daun itu menjadi artistik, indah dipandang, cuma serat-seratnya yang kelihatan.
Tapi kawanku si Afri lain lagi ceritanya.
"Siapa yang sudah selesai mengerikan daun?" tanya Pak Sinulingga.
"Saya Pak !! " acung Afri, dengan bangga.
Dia maju ke depan kelas. Membawa buku biologi Jilid I yang agak tebal itu. Mencoba membolak-balik halaman, mencari daun kering yang terselip di buku.
Berkali-kali dia bolak-balik. Tak juga ditemukan. Agak panik dia.
Akhirnya, dengan penasaran, ditunggingkannya buku tsb, sembari dikibas-kibas.
Tapi daun kering tak juga jatuh, malah yang jatuh selembar kertas surat,
warna merah muda..
ternyata selembar surat cinta...
Seluruh isi kelas riuh, terbaha-bahak.
Afri pias wajahnya.
Esoknya pacarnya minta putus karena malu.
Sodih kali liatnya !

Masuk Bab Fauna, disuruh cari Kadal. Awak pun ikut cari di kampus USU (entah ide siapa), rame-rame ngepung kadal di depan fakultas teknik. Sayangnya, ketika Kadal sudah di depan mata, ternyata tak sanggup awak menangkapnya karena geli. Kawan merepet-repet, karena kadal di depan mata lepas. Padahal tadi nyarinya sudah 2 jam. Itulah Kadal, dicari tak jumpa, tapi tak sengaja suka lewat begitu saja. Dasar kadal....!

Terkadang sekelas disuruh bawa pisang (musa paradisiaca), padi (oryza sativa), dan yang sulit mencarinya adalah daun pakis (ptrydophyta). Karena kita harus ke gunung Sibayak dulu, kata buku pakis termasuk tumbuhan dataran tinggi.
Inilah enaknya bisa rame-rame sekelas pergi ke gunung...
Ah itu cuma alasan awak aja ke gunung, padahal banyak di belakang rumah Makcik awak.
Tujuannya... ya mau "senter" cewek sekelaslah ! Naksir, gitu lohhh...
Tapi ketika cewek yang ditaksir cuek2 bebek, awak suntuk.
Orang sibuk memilih dan memetik pakis, yang awak cari daun yang lain..
Mau tau daun apa yang awak cari???


Ya itulah, daun kentut (paedoria faoetida).
Lalu esoknya...
Dikelas heboh..
Semua nuduh si A, si B, si C yang kentut, saling menyalahkan.
(padahal pagi-pagi sekali datang ke sekolah, awak gosok-gosokkan daun kentut itu, supaya getahnya menempel di bawah meja-meja kelas, termasuk meja guru..)

Masuk pelajaran pertama matematika, Pak Gading mendengus..dengus...
Kelas tercium bau bangke..
Semua menutup hidung.
Rumus logaritma rontoklah sudah dari kepala. Tak bisa konsentrasi.

Rabu, 20 Mei 2009

Tour de Parapat...

"Mak, ucok ikut study tour ya, "
"Nggak. Nggak boleh..."
"Alaa maaak, ikut ucok ya mak?"
"Nggak. Ngabisin duit saja kau. Sini bantu emak ngupasin bawang ! " teriak emaknya dari dapur.

Ucok cari akal.
Berbalik ke ayahnya.
Mengendap-endap supaya tak ketahuan omaknya.

"Yah, ucok ikut study tour ya?"
"Apaaa??!" teriak ayahnya setengah pekak.
"Study tourr, yah..."
"Bahh, mimpi apa pulak kkaauu, mau main tor-tor. Bah, hebhaat itu ucok, mau meneruskan nari tor-tor kayak Opungmu. Hah?, berrapa..berrrapaa kau mau?!"
"Empat puluh ribu, yah..."
Semenit kemudian, 4o ribu perak sudah di tangan si ucok.
"Jzangaan lupak kauuu, kalau sudah bisa, ku tes kau kayak ayah dulu ditess opungmu !" teriak ayahnya sebelum ucok menyelinap pergi.
"Beresss ayaaah !"
Nah, 40 ribu perak itu biaya study tour. Acara perpisahan sekolah. Tujuannya Prapat.

Mana mungkin pulak ke Singapore, kayak SMA Harapan itu.
SMA 6 Medan, dulu, paling jauh tour ke Padang, nginap di SMA Don Bosco.
Parahnya, ketika SMA Don Bosco kunjungan balasan, sibuk semua bersih-bersih sekolah, menyusun meja jadi tempat tidur, ngepel aula atas, pasang obat nyamuk, tak lupa bersihkan WC sekolah yang pesingnya minta ampun itu !
Kenangan manisnya, ada seorang pelajar tamu Don Bosco, kena todong di jalan Antara, di belakang sekolah sama preman.
Malu kali awak... Tapi apa mau dkata, ini Medan bung... !

Lepas subuh, bis Damri sudah berjejer di depan sekolah di jalan Ansari 34 yang sempit itu.
Meriah...!
Semua siswa mengerahkan penampilannya. Maklum, kali ini perpisahan terakhir, tur ke Prapat.

Coba kau lihat itu, murid laki-lakinya parlente kali, bercelana ye-ye cutbrai, baju ketat tangan panjang, dengan sepatu buldog hak 10 cm ! Rambutnya mengkilat, yang biasanya kena minyak jelantah, kali ini dipoles tanliper (tancho lima perak). Tak lupa, pisau cinta (sisir) terselip di saku celananya. Kayak Elvis Presley kutengok ! Mantaffff kaliiii ...! Kalau lagi jmelangkah dia, bah, kayak koboy kulihat cara jalannya, ngengkang... !
Tapi hilang syor awak, masih bawa rantang dia, titipan telor balado dari omaknya.
Tak apalah, yang penting lupa dia sama seragam sekolah putih-putihnya yang kayak penjaga kamar mayatnya itu !

Nah itu..murid perempuan, rok kembangnya kayak payung terbalik. Sepatu jengki. Coba kau lihat si Butet itu, pakai lipstik tebal dia... bibirnya norak-norak delima... (coba bilang norak kayak Bu N, cadel, tak bisa bilang "r"). Maklumlah, aksen melayu Tanjung Tiram. Cadel huruf "r" !

Belum sampe Prapat, dari jalan berbelok kayak ular, semua histeris. Nun di sana.. tampak pulau samosir dengan tulisan "rimba tjiptaan" di hamparan danau yang indah. Akhirnya sampai juga, nginap di hotel melati (eks hotel mesum). Kalau menjelang malam, berseliweran hilir mudik kreta-kreta (sepeda motor) membawa "barang" di jalan depan hotel, ngantar pesanan si hidung belang.

Yang dimaksud study tour itu, ya piknik lah, tak lebih. Tak ada catet-catet atau pengetahuan yang didapat. Walaupun awak sudah nyeberang ke Samosir, melihat situs purbakala, kuburan opung Raja Sidabutar.
Yang ada cuma duit awak yang bobol main judi lempar gelang. Bayangkan, baru kali ini awak mentiko, tak dilarang merokok di depan guru. Alamaaakjang, preman kali awak coy!
Walaupun lama berenang, berendam di air danau pakai ban, dingin tak terasa, maklumlah demi menemani cewek yang awak "senter". Kadang dengan terpaksa, kandas duit buat bayar kereta dayung, berdua melaju ke tengah danau.
Tak apalah itu... demi mengejar pujaan hati. (Ya kan, Karim ?)

Pulangnya, bus lewat tanah karo, mampir sebentar di Brastagi.
Di Gundaling semua mencoba naik kuda.
"Fotto..fotto.. lima ribuk perak adzaaa..."teriak tukang potret polaroid.
Semua ikut foto. berbagai gaya. Berdecak kagum memandang foto dirinya. Narsis banget. Sambil mengipas-ngipas hasil foto polaroid sesekali mengembus-embusnya, biar foto makin jelas.

Lepas Brastagi,menuju Medan semua bagai kena hipnotis, diam. Tertidur. Kecapean...
Tapi, tiba-tiba ada yang teriak: "Gambarnya hilang ! Gambarnya hilang.... !"
Serentak semua merogoh, melihat foto polaroidnya masing-masing.
Benar saja. Kalau diamati, gambar foto Polaroid itu makin lama, semakin hilang gambarnya. Lenyap. Kalau ada, sudah berubah, kayak hantu hasil fotonya. Buram !
"Terrtipuuuu kitaaaaa..." teriak yang lain.
Rupanya kertas foto polaroid yang dipakai si abang tukang potret tadi, sudah kadaluarsa, cuma bertahannya 1 jam.
"Ah, sudah kubilang tadi, jangan diembus-embus. Kan hilang gambarnya... ! " teriak ucok, sok tahu. Padahal mukanya pucat, lantaran foto satu-satunya dengan si Butet yang diketennya itu lenyap. Kosong. Tak ada gambar si Butet dan Ucok berdua naik kuda...
Perih kali hati Ucok, tak terbayangkan. Nyeri jendral... !

Sampai di rumah, ucok disambut Ayahnya sambil berkacak pinggang.
"Sudah kau tippu ayah ya, Cok !! Rupanya tak bisa kau nari tor-tor, Cok !" sergah ayahnya.
"Kan study tooour ayah, bukan tari tor-tor..." bela Ucok.
"Studiii tor.. studi torrr, kubilang ya samalah itu, sama nari tor-torrr kudeeengar!!! Menjerit opung pu di kuburan sana lantaran kau tak bisa menortorrr !!!" suara ayahnya menggelegar, yang memang ayahnya pekak, alias tuli karena masa mudanya dulu banyak menyelam, terkena pecahan dinamit, waktu meracun ikan jurung di Aek Sibundong.
Buk. Cplak.Buk..Cplak. Cpret !
Suara ucok melolong-lolong. Dilibas ayahnya.


Besok di sekolah, kulihat kaki ucok berbirat-birat, lebam, kena rotan pemukul kasur, ayahnya berubah jadi algojo.
Ibunya pun merepet, tujuh hari tujuh malam...tak ada habisnya.


Senin, 18 Mei 2009

Kemping


Sumpah !
Mengumpulkan calon pecinta alam itu, di SMA 6 Medan, susahnya bukan main !

Kalau mencari calon pecinta cewek (playboy), itu paling gampang...
Kau kenali aja dia di sekolah, lihat aja di saku celana belakangnya, pasti tersembul sisir, itulah pisau cinta ... !

Supaya banyak penggemar,
maka dibujuklah cewek yang agak-agak cantik sikit, dibujuk masuk pecinta alam sekolah.
Cewek cantik inilah yang menjadi magnit, sehingga cowok anak mami yang takut berak malam di hutan, jadi berani digigit nyamuk.
Dulu, di sekolah tak kenal pecinta alam. Karena orang OSIS-nya tak bisa pasang tenda, kecuali mungkin ketua OSIS, karena dia mantan pramuka, bisanya cuma semaphore! Dibujuk masuk pecinta alam, tak mau pulak dia !
Apa itu semaphore? Itu lho, yang menyilang-nyilangkan bendera (yang kayak bendera orang mati), pengganti morse, tiap disilang-silangkan, menunjukkan huruf A sampe Z.

Nah, kalian yang jago2 semaphore, tolong ajarin awak bilang "au dohot hamu" (I love you), pake bendera semaphore ya... bak semangat awak !

Kalau jaman sekarang, sudah ada handphone (HP), ada sms, jadi mau "nembak" cewek tak perlu lagi belajar semaphore. Cukup pijit-pijit HP, beres !
Jambore saja, sudah ada counter pulsa dan Mc Donald.
Makcik awak aja, dari tengah sawah, masih bisa ngobrol sama anaknya di Amrik sana. "Sehatnya kau Poltak? Makan apa kau di Boston sana? Jangan banyak-banyak kau makan roti dan keju itu, biru nanti mata kau dibuatnya.. !" teriak Makcik.
Alamaaaak ! Ngeri kali kuliat...

Kalau dulu, belajar jadi pecinta alam, awalnya ya latihan camping di Bandar Baru.
Baru minggu depannya berani naik (hiking) gunung Sibayak, lewat Lau Sidebuk-debuk, tempat air panas. Nah, yang semangat naik gunung ini si Andi (82), sekarang dokter gigi (alumni FKG USU). Malah ada yang sampe gunung Sinabung, diantaranya si Bob Bachsinar (81), sekarang tukang potong manusia dia (dokter ahli bedah, FK UISU, FK UNAIR).
Kalau awak bisanya... mendaki gunung Tirtanadi lah.. di ujung jalan Japaris, dekat pasar hongkong. Maksudnya, biar bisa awak keten kolam renang Paradiso di seberang sana, siapa tau ada ikan duyung. Alamaaak, kumat puber awak !

Pernah anak IPS, pergi camping ke Tongging. Komandannya Irwansyah (IPS1) alias Wan Kambing, anak komat. Pulangnya gata-gatal kena tungau.

Tapi ada cerita lain...
Tak awak sebut namanya, ada guru, dicekoki kamput sama muridnya.
Si Jul, anak IPS yang kocak dan bandel itu, kadang--kadang melucunya kelewatan.
Waktu camping di Sembahe, anak laki-laki main gitar, banyak juga yang tenggen minum kamput. Awalnya, kamput dipake cuma untuk mengusir udara dingin gunung. Tapi lama-lama syor juga ketagihan. Terus nambah. Jadilah lisoi-lisoi, parmitu, dimainkan. Bergitar ria.
Pak Guru dicekoki kamput.
Padahal guru tsb, kalau di kelas, galaknya bukan main. Suka main strap !
Nah gantian si Jul jahil, dia ambil kayu, dipukulnya ke kain tenda, padahal di dalam... ada guru tersebut. Pukulan kayu menyentuh Pak Guru.
"Zulllll zzzangan cubit-cubit aku, zuuuulll ! Geeeli kaliii kurasa.. ! " teriak sang guru dari dalam tenda.
Tak puas si Jul. Dibanjurkannya air ke tenda tersebut. Air menetes ke dalam tenda.
"Bah.. maribak ! Hujan pulak sszsekaraaang !" teriak guru dari dalam tenda.
Nah, mulai mabuk dia...
Bedosa awak !

Minggu, 17 Mei 2009

Pantat berkuah...


Coba kalian jawab teka-teki ini:
"nembak lantai, kena hidung, apakah itu??
Jawab: kentut !

Ada kawanku, bendel kali dia.
kalau kentut di kelas, sengaja dikeraskannya.
Rumus metematik di kepala awak, bisa luntur dibuatnya.
Mungkin sarapannya cecak goreng di rumah.
Baunya itu...
Phuuuhh tak sodap !

Pernah suatu kali, waktu guru tak ada, sengaja dia betingkah
Tarik napas. lalu ditembakkannya.
Tapi bunyi kentutnya agak lain. Seperti suara menjerit.
"Criiiiiit !"
Alamaaaaak, ternyata cepirit dia. Mencret.
Pantatnya bekuah..
Pulang sekolah, jalannya ngengkang, celananya basah !

Seluruh murid tertawa gaduh.
Pendek cerita, tak pernah lagi dia jahil dengan kentutnya itu.
Sudah kapok dia !
Malu...bukan main.

Puber..


Murid laki-laki lagi remaja puber, gawat kali...
Kerjanya masang rautan pinsil, yang ada cermin bulatnya, dibawah meja murid perempuan..
Atau..
kalau naik tangga, ke kelas IPA di atas
sengaja murid perempuan dibiarkan di depan, naik tangga duluan
lalu murid laki-laki di belakang
kaki enggan melangkah
lalu rame-rame murid laki-laki menundukkan badan sambil mendongakkan kepala.

Tanpa sadar..
tpak ! tpak.. ! tpak... !
Gulungan koran memukul dari belakang.
Ketika badan berbalik.
Ternyata guru piket sudah berkacak pinggang.

Semua cengengesan.
Langsung ngacir.
Pasti di kelas mereka diskusi warna pelangi !
Hi.. hi... hi...

Bendera setengah tiang


Hari Senin menjemukan :

Siaaaaaaap, grak !
Lancang kanaaaaaaan, grak !
Siaaaaaaap, grak !

Inspektur upacara berada dimimbar.
Semua menyanyikan lagu "Indonesia Raya"

Regu pengibar bendera menuju tiang bendera. Sigap.
Pemimpin lagu mulai ambil ketukan: satu, dua, tiga... ya !
Maka berkumandanglah lagu Indonesia Raya

Perlahan bendera dikerek, mengikut lagu.
Agar pas, menyesuaikan lagu, tarikan tali di atur.

Lagu Indonesia Raya hampir selesai..
Namun? Bendera macet ! Tak maju-maju hingga ke pucuk tiang.
Lagu selesai.
Yang terjadi...... bendera terhenti setengah tiang... Macet !
Murid-murid: Gerrr... tertawa kecil. Riuh.

Pasukan Penarik Bendera pucat. Bingung.
Padahal kemarin sore mereka sudah latihan paskibra.

Sehingga pidato Pak Kepala Sekolah isinya marah-marah....!



Astagafirullah... tega kau buyung...
Kenapa pula tadi pagi kau ganjal tali bendera pakai lidi
Jahil kali kau !

.

Selasa, 12 Mei 2009

Majalah Dinding (Mading)


Yang awak ingat, menurut abang awak, yang juga sekolah Paspal (APA) SMA 6, pernah terbit buletin sekolah.
Ini media komunikasi paling top di sekolah.
Buatnya dikertas yang di stensil (Awas kalian ! Jangan pulak khayalan kalian nyangkut ke cerita syor Nick Carter, atau stensilan cabul yang dijual di Lapangan Merdeka itu).
Memang... dulu, buletin sekolah itu distensil.
Karena, di belakang sekolah (dekat WC yang baunya tak hilang sama karbol satu drum itu), ada satu ruangan tempat stensil. Letaknya persisi d isebelah ruang Guru Pembimbing (ini guru yang menasehati kalau kalian bandel, ketahuan buat onar di sekolah, berantam atau suka tarik-tarik beha murid perempuan.
Nah, di situ ada mesin stensil !
Distu pula dicetak, digulung lembar master stensil, untuk memperbanyak cetakan !
Jadi, di jaman itu, belum ada mesin foto copy !
Tentu saja yang buat buletin stensilan itu, penanggungjawabnya OSIS !
Cara buatnya, lembar stensil diketik, hurufnya bolong-bolong, tipp-exnya cairan warna merah.
Nah, kalau buat ilustrasi gambar (ya ilustratornya, pembuat karikatur, ya abangku itu), digambar dikertas stensil pake pinsil jarum ! Kalau tak ada, yang pake paku !
Sudah beres semua naskah, baru digulung di mesin stensil, tak jarang tintanya belepotan !
Hii.. hii.. hiii lucu ya cara buat buletin di jaman konon itu !
Konon pula.. harganya limpul, lima puluh perak ! Ya, seharga es krim cuan lah !
Konon, itu terjadi di tahun 1978-80.
Sekarang pengelolanya sudah banyak yang jadi direktur ! Tapi dijamin tak satupun, konon, ada yang jadi Direktur Sekolah !

Nah, masuk ke jaman awak.
Itu ketua OSISnya Adi Surya Harun, masuk jaman kere ! OSIS kere.
OSISnya cuma punya bola volley dua, itu pun kulitnya sudah terkelupas...
alamak coy.. miskin kali OSIS awak..
Maklum, duitnya banyak habis buat nyumbang ke kuburan !!
Maksudnya, disumbang untuk keluarga murid yang kemalangan, alias meninggal.

Untung ada si Rusmin !
Anak itu kecil, pintar, matanya yang sipit, tambah mengecil karena banyak membaca.
Persis Harry Potter
Kacamatanya minus beneran!
Jadi bukan kacamata bohongan buat nutupi wajah jelek murid-murid begaya menutupi wajah yang bopeng itu... !
Modal dari dialah, maka dibuat Majalah Dinding !
Lalu kunci Mading minta ke Pak Amin, boss Perpustakaan.
Maka disulaplah papan pengumuman yang tertutup kaca itu jadi Mading !

Yang terjadi adalah...
Banyak murid yang buat artikel, cerpen, bahkan puisi.
Tak jarang puisi itu, adalah puisi cinta, nah ini buat murid yang naksir cewek/cowok lain.
Karena dibawah puisi itu, biasanya tertulis:
NB: buat seseorang di kelas...ada ubi ada talas, sempat-tak sempat harus dibalas...
(padahal seharusnya: empat kali empat, enambelas. Dasar awak murid pemalas.. !)
Alamaaak jaaang !
Kampungan kali awak tuuuu.
Nah, gitulah cara naksir (ngeten) cewek/cowok, dijaman dulu ... !
(Tanya aja si Coki (82), suka nulis puisi dia di Mading itu. Tapi tak satupun cewek kecantol. Mungkin kualat dia, karena sajadah dipermaknya jadi tas sekolah. Dibilangnya tas gambar mesjid itu hadiah dari omaknya pulang dari Mekah !
Phuiiih ..! Bedosa kau Coki... !

Padahal yang awak tau, biasanya nulis NB itu adalah catatan pojok bawah surat ke orangtua, biasanya nulisnya begini:
NB: Omak, kirim awak uang cepat ya Mak, uang sekolah anakanda belum dibayar...
Nah, yang ahli buat NB ini ya si Amrizal, waktu ketahuan nulis surat buat emaknya di Kisaran sana. Tak tau awak buat apa duit itu, jangan-jangan buat pacaran nonton di THR Simpang Limun
... hi..hi..hi.. !

Balik cerita...
Nah, di Majalah Dinding (Mading) itu pula pernah diadakan lomba lukis.
Hadiahnya pulpen Parker bermata emas yang mahal itu. Kotak pulpen Parker itu ditempel di Mading, buat memancing gairah peserta. Semua orang ngiler
Sehingga pesertanya pun bejibun.
Sampe puluhan lukisan masuk ke meja Redaksi.
Pusing awak liat lukisan2 itu. Saking banyaknya lukisan.
Ada lukisan abstrak, pemandangan, lukisan wajah dirinya (narsis kali dia !), lukisan wajah emaknya, bahkan lukisan pacarnya... !
Semua bagus-bagus...... (kalau dilihat dari jarak 2 km !)

Akhirnya Dewan Redaksi Mading pun rapat resmi.
(Untung Pak Amin tak ikut rapat)
Setelah Dewan Rekasi
melihat,
mengamati,
menimbang (tak ada yang berat 1 Kg),
akhirnya memutuskan...
PEMENANGNYA TIDAK ADA !
...........???
lho?
Ya iyalaaaah,

Biar kalian tau aja, biar awak bongkar rahasianya sekarang:
Sebenarnya Pulpen Parker bermata emas itu tidak ada.
Yang ada cuma kotaknya aja yang dipajang. Tak ada isinya ....!
Kotak Parker bermata emas itu dapatnya dari tong sampah di jalan Thamrin.

Ha ha ha ha..!

Senin, 11 Mei 2009

Ujian Kesenian


Ada alasan kenapa pelajaran kesenian itu enak.
Gurunya muda.
Cewek.
Belum nikah.
Gak tau, waktu itu, udah punya pacar apa belum.
Baru tamat dari IKIP Medan
Anak kepala sekolah.
Kalau digodain, gak suka marah.

Kalau ujian teori, itu sih enteng.
Kalau ujian praktek, ini yang buat dengkul awak gemetarrr...
Jantung berdegup keras.
Satu-satu ke depan: Disuruh nyanyi ! Harus pake gaya pulak !
Hah?!

Ada yang nyanyi Koes Ploes "Kapan-kapan"..
Ada yang nyanyi "Simanjuntak gentar" eh maaf, maksudnya: "Maju tak gentar"
Ada yang nyanyi A. Rafiq : "Jangan-jangan kausamakan, dia dengan yang lain, bibirmu..."
Ada yang nyanyi "Hatiku hancur mengenang dikau, berkeping-keping jadinya..."
Oih, oiiih, suaranya sol semua, datar !
Hihihi.. !

Tapi giliran siswa ini yang nyanyi....
Yang lain sudah siap mengolok-olok.
Posisinya mantap, kayak hansip, kaku. Muka tegang.
Semua harap-harap cemas menunggu lagu apa yang bakal dinyanyikannya.
Mulai dia tarik nafas.
Ambil ancang-ancang suara.
"Yak, mulai !"teriak guru cantik itu.

"Aku seorang kapiten...
Punya pedang pendek...
Kalau berjalan..trap.. trap.."
belum habis nyanyian itu, langsung ngacir lari ke kursinya.
Wajahnya memerah.
Busam.

Seluruh kelas riuh.
Hua..huuhaa haaa haaa.. !
Tertawa terbahak-bahak.

Siapakah penyanyi sableng itu?

Ya awaklah itu !

Sabtu, 09 Mei 2009

Grup Gitar Bolong



Apa itu grup Folk Song?
Yang awak tau, itu grup gitar bolong !
Pemainnya pake gitar akustik, kadang-kadang ditambah bongo, biola, nenek moyang biola (bass betot), atau alat akustik lainnya.
Inilah pergeseran musik, dari grup band tampar (kasidah), menjadi hobby main grup musik akustik.
Maklum, waktu itu, mana ada studio yang menyewakan alat musik elektrik sejenis band. Kalau ada, kayaknya termasuk klas elit. Golongan high-class lah ! Waktu itu, SMA 6 belum punya grup band.
Karena, yang pintar main gitar bolong, umumnya pemain gitar alam, belajar dari teras-teras (bok) pinggir jalan, menggitari orang mabok bernyanyi. Pesta kamput !
Bisanya cuma chord tiga jurus, C-G-F.
Kalau main lagu romantis, suara melolong-lolong, memecah kesunyian malam, yang terkadang suka memgundang keplor protes, paling mainnya di A-minor !
Sulit ditemukan pemain gitar bisa not balok !
Yang ada, pemaboknya berantam main balok, lalu pemainnya gitarnya lari tunggang langgang takut ketahuan omaknya !
"Cooook ! Pulang kau, Cooook ! Besok kau ujian !" teriak omaknya.



Aku cuma ingat, dulu itu SMA 6, kata kakakku cukup hebat kalau ada lomba Folk Song. Kakak perempuanku kelas 3, aku kelas 1. Kakakku masuk pagi. Aku masuk siang. Jadi bakal nggak ketahuan kalau ada "apa-apa" tentang aku.
Maksud "apa-apa", ya itulah, kalau aku suka nyumpal korek api digembok gerbang sekolah, mecahin pot, dihadapkan ke guru pembimbing gara-gara narok permen karet di kursi murid pintar yang pelit dicontek. Karena aku takut dijewe emak !
Nah, perkara Folk Song itu, tanya saja si Bob Bachsinar (sekarang dokter bedah). Sering dia bawa gitar ke sekolah. Kelas kami sebelahan. Kalau lagi tidak ada guru, sasarannya gitar si Bob dipinjam, jadilah kami berdangdut ria: Rhoma Irama atau A. Rafiq !
Alamakjaaaang, sodap kali kurasa masa SMA !

Kakak kelas, pernah menyabet trophi juara II lomba Folk Song se-SMA Sumut. Diadakan di Tapian Daya. Kalau tak salah lagu pilihannya "Bubuy Bulan" !! Lho, kok lagu sunda ?
Iyalah, orang salah satu pemain kecapinya murid asal Bandung pintar main kecapi.
Padahal grup Folk Song SMA lain, banyak yang milih lagu "Buteeeeeeeeettttt !"

Kalau tiap hari minggu, stasiun tipi Medan, suka menyediakan setengah sampe 1 jam, untuk tampil grup Folk Song, umumnya dari SMA se-SUMUT.
Bayangkan, latihannya 6 bulan, tampilnya cuma setengah jam.
Pulangnya naik sudaco dari jalan Putri Hijau sambil menenteng gitar buatan kampung keling.
Sampai di rumah, bak artis, disalami tetangga, emak, ayah, nenek dan sanak sodara.
"Hebat kau buyung, masuk tipi kau ! "puji tetangganya. "Hari ini makan ayam kita !" kata omaknya.
Itulah kebanggaan klasik, yang tidak bisa dinikmati lagi di masa kini.

Selain itu, tampil di tivi, itu demi gengsi dan eksistensi SMA-nya. Tapi, tetap saja pelajaran kesenian di sekolah, dapat lima !
Alamaaak !
"Bah, kennnapa kau dapat lima di raport, Cok !" jerit opungnya.
Hilang syor awak !







Rabu, 06 Mei 2009

Model Sepatu

Di tahun 80-an, seragam sekolah SMA bervariasi.
Persis kayak balonku ada lima, rupa-rupa warnanya.
Kalau SMA I, putih abu-abu.
Kalau SMA III, putih biru muda.
kalau SMA VIII, putih coklat
Kalau SMA 6, bagaimana?
Ya.... PUTIH-PUTIH laaaa...
Itulah sebabnya awak suka diejek penjaga kamar mayat sama anak komat !

Itu pun, kalau mau dibuat mode, ya baju tangan pendek atau baju tangan panjang, digulung sampai lengan atas. gaya anak bandung, katanya.
Padahal awak ini asli anak Bandung juga, maksudnya Bandar Selamat Ujung !
Yang pasti, waktu itu banyak niru penyanyi Jamal Bejat, eh Jamal Mirdad ! Juga kayak bintang film Herman Felani !
  • Untuk laki : baju tangan pendek, lengannya dilipat ke atas. Lalu tali pinggang (sabuk), dibiarkan menjurai panjang , manggapai ke bawah sampai paha.. !. Pokoknya biar persis Herman Felani atau Rano Karno lah !
  • Untuk perempuan : tangan baju dilipat ke atas, roknya biku=biku (rempel), kayak lipatan gorden kamar awak ! Panjang sampai lutut !
Kalau soal baju, memang suka curi-curi untuk dikeluarkan, takut distrap guru kalau ketahuan.
Baju laki-laki, lantamnya suka tak dimasukkan ke dalam celana, tapi dibiarkan terjurai sampai paha. Namanya juga baju gombrang yang lagi trend waktu itu !
Nah, kalau naik kereta (sepeda motor), maka baju itu berkibar. tapi kalau dimasukkan rapi, maka baju itu menggembung kalau lagi ngebut naik kereta. Persis kodok !

Kalau celana?
Ada yang model cut-bray, celana ye-ye..
Bahkan rockn"roll, serba ketat, bahanya kecil, kayak model lemang bambu ! Ketat !
Silap awak bergerak kalau banyak bergerak, "Breeetttt" celana belahan pantat suka robek, pulang sekolah ditutup baju, busam kalau ketahuan CD. Jalannya persis kayak pantat bisulan. Ngengkang !

Nah untuk sepatu, bebas. Tak ada larangan.
Apalagi anak laki-laki.
Terkadang ngembat sepatu lars militer punya bapaknya.
Kadang sepatu Adidas, Puma, Clark, yang import belinya di Kesawan !
yang palsunya, belinya di jalan Surabaya, merk2 tsb, buatan ajo sukarame !
Ada pula sepatu kain ceper hitam, model bintang kungfu Bruce Lee. Jadi yang make jalannya agak ngengkang melayang, hilang gravitasi, kayak juara karate tingkat RT !



Nah, kawanku si Tatang lain lagi, kerjanya tiap hari melukis sepatu putihnya pake ballpoint, gambar kreatif yang diarsir. Seminggu baru dicuci. Tak pernah pakai kaus kaki. Kalau udara panas, kelas lagi sumpek, maka sepatu itu sengaja dibukanya, dapat dibayangkan kawan-kawan di pinggir bangkunya merepet-repet sambil menahan bau...
Kalau sepetunya bersih, baru dicuci, hari senin, mulai dia melukis sepetunya itu, terus begitu berulang-ulang, ganti-ganti gambar.. (kalau dulu gambarMick Jagger, lidah terjulur atau gambar Prambors, rambut kribo, yang paling trend)
Padahal dia itu bekas petinju amatir. yang kalau pagi subuh, maraton, dengkulnya suka diincar anjing kampung !
Tapi dia itu seniman, rambutnya kadang botak, kadang berjambul, rokoknya Panamas (cepek dapat tiga batang !). Ke sekolah tak lebih dua buku tulis dibawanya, biar bisa diselipkan dipunggung. Gampang cabut, alias bolos.. !
Berbeda waktu aku sekelas SD dengannya (SD Kartini jalan Amaliun), anaknya lucu, manis, suka diantar emaknya, tas sekolahnya echolac hitam kayak direktur... atau tukang obat koyok).
Tapi terperogok di SMA, kocaknya sa-alaihim.... ! Persis kayak film kartun Donald Bebek!

Kalau tas bagaimana ?
Ada yang pake tas ransel bapaknya yang tentara !
Ada yang pake tambang plastik tali timba, dijerat. Bagian bahu dipilin rajutan.
Ada pula tas kain.
Tapi kebanyakan 98 persen muris laki-laki tak bawa tas ! Sisanya, laki-laki yang pake tas, rada banci ! Maksunya, golongan anak emak.. !
Sehingga Amrizal, kawanku (alumni FE-UISU), kalau pergi sekolah alangkah susahnya dia, selain bawa tas ransel, ditangannya bawa buku lagi. Hampir seluruh buku dibawanya. Orangnya tekun. Dialah asli perpustakaan berjalan. Tulisannya rapi. Bukunya bersampul. Mungkin kalau mau tidur, dia sikat gigi, cuci kaki, berdoa dan tidur. Kayak murid madrasah !

Nah, apa yang terjadi waktu pelajaran olahraga,
lalu baju dan singlet teman-teman sekelas dicampur, diaduk-aduk, jadi satu.
Ini pasti kerjaan jahil murid yang tak ikut olahraga, malu dengkul runcingnya kelihatan.
Lima menit kemudian, pelajaran matematika Pak Gading, masuk kelas !
Mendadak panik. Mengejar tumpukan baju !
Semua pakaian tertukar.
Dapat kalian bayangkan sendiri apa yang terjadi... Orang yang gemuk, dapat pakaian kekecilan. Begitu sebaliknya. Semua pakaian tertukar.
Tapi semua tak ada yang beranii buka suara ketika guru matematika pak Gading menerangkan turunan rumus.
Hening sembari ngedumel.

Tapi pas lonceng pulang berbunyi.
Kembali riuh. Kembali mencocokkan baju miliknya dari teman.
Heboh !

Mengenang kejadian lucu.
Itulah kisah SMA yang menggemaskan.
Tak bisa terulang lagi.
Sampai saat ini, belum ketahuan siapa yang berbuat jahil itu.
Ayo ngakulah kawan ! Nanti waktu pertemuan alumni, habis kau !
Kutunggu kau di pengkolan...

Ilmu menyontek


Jujur aja awak katakan. Mana ada murid sma 6 yang tak pernah nyontek.
Pasti 99 % nyontek, alias nyonto ! Lalu kalian pikir, sisanya yang 1 % itu tidak nyontek apa?
Salah besar !
Yang 1 % itu: cuma mengintip jawaban kawan sebelahnya. Apa itu artinya?
Pasti ngerti lah kalian... !

Ada macam-macam cara nyontek.
Yang ku tau :
  • Membuat catatan kecil di kertas, lalu diselipkan di bawah meja, di balik soal ujian, di kaus kaki, dibalik kutang atau bahkan di celana dalam pria (terbukti ada cowok yang buka ruitsleting celana waktu ujian). Nah.. hati-hati tuh benda kramat terbang...
  • Pernah juga, murid cewek nulis contekan di sapu tangan, sayangnya ketika dia ng-lap keringat, maka rumus contekan itu nempel di wajahnya..
  • Menulis kunci jawaban di meja, di telapak tangan, di paha balik rok.... Kalau ada razia, mana ada sih guru yang berani buka paha-paha murid cewek...
Pernah kejadian, seorang kawan nekad buat contekan. Rumus-rumus kimia di tulis kecil-kecil di kertas yang ukurannya juga sangat mini. Kalau dibuka, lipatan itu persis kayak bon warung padang, bumbu rendang juga dihitung. Cukup panjang !

Suatu hari, seorang guru yang rada galak, melihat gerak-gerik mencurigakan. Kawan kita tadi curiga contekannya ketahuan
Dengan reflek, catatan tadi dimasukkan ke mulut, dikunyah, seolah-olah.. sedang makan permen.
Contekan itu terus dikunyah...
Glek ! Astaga, amangoi.... contekan itu ditelannya... !
(sudah kepepet dia)

Lalu kawan tadi dirazia. Disuruh berdiri. Digeledah !
Aman dia. Lolos dari angka merah diraport !

Tapi akibatnya lain lagi.
Besoknya, dia dikabarkan tidak masuk sekolah, ijin sakit.
Mungkin rumus kimia yang sudah ditelannya berakibat lain.
Mungkin rumus-rumus itu berantam di perutnya.
Rumus kimia asam-basa reaksi diperutnya dan mengganggu keseimbangan usus.
Rupanya kena diare dia! Mencret-mencret...

Selasa, 05 Mei 2009

Foto Jadul



Buat kawan-kawan yang sudah kontak aku via email: ardian_faisal@yahoo.com
mana foto jadul kalian dulu waktu sekolah di sma 6 medan.
Di scan aja. Kirim ke emailku !
Honor pemuatan, ambil sendiri ke Hongkong !
He he he..


Makasih sebelumnya.


Kisah manejer poli...


Perkara main volley ball, main poli, cuma ada satu-satunya lapangan, ya itu tadi, di halaman sekolah yang merangkap tempat upacara, lapangan basket, badminton, potong qurban. Cuma itulah satu-satunya halaman yang dibanggakan !
Kalau jam sekolah bubar, biasanya antar kelas terjadi transaksi.
Artinya antar ketua kelas bertemu. berjanji tanding volley. Demi gengsi kelas.
Tanding volley tidak resmi.
Taruhannya, ya es acuan, kadang duit...!
Disini eksistensi kelas dipertaruhkan.

Bagian yang pegang duit, biasanya si anu... (tak kusebut namanya), bandelnya sa-alaihim, dia yang menjadi manejer, event organiser (EO) tak resmi di sekolah..
Kalau kalian tau, kelas mana pun yang menang, dia pasti untung.
karena dia yang pegang duit. Karena lebih dulu sudah dipotongnya komisi ! Dia pula yang rajin membujuk-bujuk antar kelas lainnya untuk tanding voley, ya pakai taruhan !
Kalau dipikir-pikir, dia PR (public relation) yang jago. Kalau sempat cita-citanya jadi bandar togel, pasti kaya raya dia !

Pernah suatu kejadian, pertandingan antar kelas dimulai. Dia manejernya.
Pelitnya bukan kepalang. Padangkiak ! Ngisap jahe !
Sambil teriak-teriak, minum es krim acuan, petantang-petenteng dia.
Nah, awakni sama kawan yang lain, cuma bisa cemberut liat tingkahnya sudah kayak Don King. Mulutnya teriak-teriak. Mengusir penonton di pinggir lapangan. Dianggapnya kita-kita ini predator !

Kami ini, yang badannya kerempeng, cuma bisa meringis, tidak bisa cari perhatian orang di lapangan.
Akhirnya.. suatu hari timbul pikiran gila.
Merapatlah kami ke dekat manejer sinting tadi ketika pertandingan seru sedang berlangsung.
Maka posisi di atas bis kota dimulai. Menjepit calon korban.
Dalam sekejap duit taruhan sudah berpindah. Mungkin tadi malam kawan yang dibebani tugas mencopet, malamnya sudah latihan copet pake kacang-ijo di dalam gelas. Ternyata jepitan tangannya sanggup menarik seluruh duit taruhan dari saku si manejer saraf itu!

Kami pun melenggang. Pergi makan-makan sepuasnya di cafe bufet sunyatsen.
Tertawa-tawa, membayangkan dan bercerita apa yang bakal terjadi.

Benar saja..
Besoknya si manejer sombong tadi sudah bonyok. Pipinya lembam. Akibat tak bisa bayar uang taruhan dari kelas yang menang volley. Padahal duit yang dipertaruhkan tadi....duit SPP !

Dilain pertandingan volley, tak pernah lagi dia berani jadi manejer.
Tak ada lagi teriakannya yang lantang mengusir-usir kami kayak tikus di pinggir lapangan.
Diam saja dia.
Hilang syor !

Ujian berenang



Waktu jadul, untuk lulus mata pelajaran olahraga itu ada dua penilaian.
Selain ujian teori, ya ujian praktek. Nilainya digabung 2, lalu dimasukkan di raport.

Bagi murid pejantan, yang paling sebel, ya ujian senam kesehatan jasmani (SKJ), yang pake tape, di halaman sekolah.
Supaya lancar ujian, tak jarang latihan di rumah, di depan cermin. Supaya besok nilainya bagus.
Dapat kaubayangkan, ada pejantan di depan cermin, di rumah, belajar senam, yang intro iramanya pasti sangat kau hapal: tet..tet..tereeet... satu hop dua, tiga hop empat !
Nah, yang paling yahud bergerak, sesuai postur badannya yang atletis, ya Pak Rudin. Gerakannya macho man !!
tapi coba kaulihat, pejantan IPA-3 : hmmmm...
Badan bergerak kayak robot, wajah tegang, tangan kayak salaman sama bapak bakal calon pacar: serba kaku ! Kadang kaki belipat-lipat.
Tapi tak apa dipaksakan, yang penting hapal, asal dapat ponten bagus....

Nah, kalau sama pak Sihombing lain lagi..
Dibawa ke kolam renang Jalan Deli, belakang Tapian Daya.
Nah, bagi pejantan yang tiap pelajaran renang hobby-nya cuma makan bihun goreng pedas dan es campur di pinggir kolam, yang akal-akalan cuma membanjur badannya di kamar bilas (supaya dianggap baru latihan renang). Nahhhh... pas ujian pasti kayak kucing kampung disiram air comberan, tak bisa beranang ! Gemetarrrr... !

Pernah kejadian, seorang kawan yang pintar berenang, sombongnya bukan main, dengan in action, dia nunggu aba-aba dari guru.
Tak taukah kalian, bahwa tadi tali kolornya sudah ditarik, dijahili seorang teman.
Nah, pengambilan nilai ujian dimulai. Lima murid pejantan berdiri di pinggir start. Pak Guru mulai teriak: satuuuu.. duaaaaa... tigaa !
Byuuurrr...!!
Tiba-tiba semua murid perempuan menjerit ! Menutup matanya !
Rupanya kawan yang sombong tadi, kolor renangnya melorot sampai lutut.. !
Berubah kakinya jadi tiga !