Selasa, 05 Mei 2009

Kisah manejer poli...


Perkara main volley ball, main poli, cuma ada satu-satunya lapangan, ya itu tadi, di halaman sekolah yang merangkap tempat upacara, lapangan basket, badminton, potong qurban. Cuma itulah satu-satunya halaman yang dibanggakan !
Kalau jam sekolah bubar, biasanya antar kelas terjadi transaksi.
Artinya antar ketua kelas bertemu. berjanji tanding volley. Demi gengsi kelas.
Tanding volley tidak resmi.
Taruhannya, ya es acuan, kadang duit...!
Disini eksistensi kelas dipertaruhkan.

Bagian yang pegang duit, biasanya si anu... (tak kusebut namanya), bandelnya sa-alaihim, dia yang menjadi manejer, event organiser (EO) tak resmi di sekolah..
Kalau kalian tau, kelas mana pun yang menang, dia pasti untung.
karena dia yang pegang duit. Karena lebih dulu sudah dipotongnya komisi ! Dia pula yang rajin membujuk-bujuk antar kelas lainnya untuk tanding voley, ya pakai taruhan !
Kalau dipikir-pikir, dia PR (public relation) yang jago. Kalau sempat cita-citanya jadi bandar togel, pasti kaya raya dia !

Pernah suatu kejadian, pertandingan antar kelas dimulai. Dia manejernya.
Pelitnya bukan kepalang. Padangkiak ! Ngisap jahe !
Sambil teriak-teriak, minum es krim acuan, petantang-petenteng dia.
Nah, awakni sama kawan yang lain, cuma bisa cemberut liat tingkahnya sudah kayak Don King. Mulutnya teriak-teriak. Mengusir penonton di pinggir lapangan. Dianggapnya kita-kita ini predator !

Kami ini, yang badannya kerempeng, cuma bisa meringis, tidak bisa cari perhatian orang di lapangan.
Akhirnya.. suatu hari timbul pikiran gila.
Merapatlah kami ke dekat manejer sinting tadi ketika pertandingan seru sedang berlangsung.
Maka posisi di atas bis kota dimulai. Menjepit calon korban.
Dalam sekejap duit taruhan sudah berpindah. Mungkin tadi malam kawan yang dibebani tugas mencopet, malamnya sudah latihan copet pake kacang-ijo di dalam gelas. Ternyata jepitan tangannya sanggup menarik seluruh duit taruhan dari saku si manejer saraf itu!

Kami pun melenggang. Pergi makan-makan sepuasnya di cafe bufet sunyatsen.
Tertawa-tawa, membayangkan dan bercerita apa yang bakal terjadi.

Benar saja..
Besoknya si manejer sombong tadi sudah bonyok. Pipinya lembam. Akibat tak bisa bayar uang taruhan dari kelas yang menang volley. Padahal duit yang dipertaruhkan tadi....duit SPP !

Dilain pertandingan volley, tak pernah lagi dia berani jadi manejer.
Tak ada lagi teriakannya yang lantang mengusir-usir kami kayak tikus di pinggir lapangan.
Diam saja dia.
Hilang syor !

1 komentar: