Surat Cinta Membawa Berkah



Paling sebel kalau PR belum dikerjakan. 
Maklum saja, setelah acara bermalam minggu, sering acara main berkelanjutan. Besoknya, hari Minggu, terkadang diajak cari ikan laga ke Sintis Binjai, bahkan ke Bamban Tebingtinggi. Bahkan pergi mancing ke muara, di Percut sana. Sampai di Percut, bukan malah mancing, tapi makan ikan bakar di warung dermaga. Tertidur kayak ular sawah kekenyangan, kena semilir angin pantai !

Kalah malu, karena mancing tak dapat-dapat, pulangnya mampir ke Pajak (pasar Sukarame), beli ikan.   
Hahaha….
Lucunya, yang dibeli malah salah pilih ikan, ya itu tadi, ikan gembung, ikan senangin dan kakap merah. Tololnya, mana ada pulak jenis ikan itu berenang di dermaga. Ya jenis ikan itu adanya di tengah laut sana. Tapi... ya sudahlah, yang penting awak pulang bawa ikan ! Busam awak kalau dibilang tetangga tak bisa mancing ! Tul nggak ?

Sore menjelang magrib, pulang ke rumah dengan kantong kresek.
“Dari mana Cok?”
“Mancing Mak di Percut, ini ikannya…” sambil menyodorkan kantong kresek berisi ikan. Tanpa ba-bi-bu, ngeloyor masuk kamar mandi. Segar. Ganti baju, duduk-duduk diteras menunggu azan magrib.
Pas malam hari, hidangan makan tersaji: ikan goreng !
“Hebat kau mancing ya Cok, enak ikannya…!” kata Emak.
“Iya, hebat anakku, mulut ikannya tak ada yang sobek…1” seru Ayah pelan, tanpa memandang, terus mengunyah makanan.
Dag..di…dug !
Amangoi..! Ketahuan bohong awak.
Wajah awak pucat. Hilang syor makan.
Selesai makan, Ayah pelan menghampiri di teras.
“Mancing di pajak (pasar) mana kau Cok…?” kata Ayah pelan.
Awak celingukan. Pias.
“Anu..anu Yah, pajak Sukarame…”
Ayah diam. Tak marah.
Tingkah awak serba salah.
Pucat awak kayak ikan laga katong !

Malam hari.
PR matematika, aljabar, tak masuk otak. Mata sudah 5 watt, kecapean, singkat cerita langsung: lalok ! Mendengkur.
Pagi hari, sebelum orang masuk kelas, awak sudah nangkring. Biasalah…cari kawan-kawan yang rajin ngerjakan PR. Pinjam sana pinjam sini. Diomelin sana, diomelin sini. Paduli… !
Yang paling jengkel, kawan bangku depan awak, pelit kali ngisap jahe. Tak pernah dia mau ngasi contekan.
Pikiran jahil muncul. Awak berkomplot dengan kawan senasib, sama-sama pemalas.
Kawan itu, sebut aja si Polan namanya, pintar matematika, sudah rahasia umum naksir seorang cewek sekelas, sebut saja Romlah. Tapi tak pernah diterge. Entah berapa kali dia mondar-mandir di depan cewek itu, cinta tak bersambut.
Suatu hari, di meja piket ada surat bersampul bunga.
“Ada surat tuh di piket untukmu…”
Secepat kilat, dari kelas lantai atas, ia turun ke dekat meja piket. Lama ditunggu, tak muncul. Mungkin di ruang WC ia baca surat cinta itu. Tak lama kembali, dengan jalan agak melayang, wajahnya ceria. Tersenyum merekah, sambil melirik-lirik si Romlah yang ditaksirnya.Badannya menggelinjang, kayak cacing kawin !
Tiga hari kemudian, datang lagi surat cinta yang sama. Kali ini rambutnya sudah berubah, jadi belah tengah, rajin ia menyisir rambut. Alamaaakkk…makin syor awak liatnya !
Nilai positifnya: mendadak Polan jadi baik hati, mau dia memberi contekan matematika.
Awak senang. Surat cinta terus datang !
Semua PR jadi lancar dari Polan.

Seminggu berlalu…
Tak ada berita…

Suatu hari wajah si Polan kusut.
Ajakan pergi nonton bersama Romlah ditolak. Polan dicemberuti.
Terbongkar cerita: ternyata surat cinta itu bohong-bohongan.
 (taktik surat cinta yang kami buat lewat tulisan tangan cewek kelas sebelah, ternyata dilabrak Romlah).
Alamaaak…berondok awak!
Sumpah mati, Polan tak mau lagi kasi contekan PR-nya. Seumur hidup !
Menderitanya awakni.. !