Minggu, 24 Mei 2009

Botak sexi...

Hal yang paling menyakitkan hati bagi murid laki-laki ya razia rambut.
Dulu di SMA 6 Medan (sampai sekarang), soal rambut suka menjadi perhatian. Maklum saja, waktu itu murid laki-laki baru mengenal salon.

Bisanya banyak yang pergi ke tukang potong rambut (tukang pangkas).
Kalau ke tukang pangkas, ya bonusnya bisa dipijat, plus korek kuping. Bayangkan, kalau dipijit (dikusuk) kepala dan bahu, setelah itu dikilik-kilik kuping (dibersihkan), adumaaak.. rasanya melayak awak ke langit 6,5. Mulut pun meleleh, ngacai..alias ngences... hiiy !
Tukang pangkas kayak gini, pergi saja ke depan Medan Fair, silahkan ngantri pangkas dengan apek-apek !
Modelnya, juga agak unik.
Cukup bilang: "aku mau 5-2-3 ! "
Tukang pangkas pasti sudah ngerti.
Arti 5-2-3 adalah : 5 sentimeter panjang rambut jambul depan
2 sentimeter panjang rambut samping
3 sentimeter panjang rambut belakang.
Gaya sisiran: belah pinggir !
Malah ada yang 3-1-1 : nah, yang ini model satpam ! Cepak.

Kalau mau hemat, malah ada yang ke salon DPR (Dibawah Pohon Rindang).
Dulu, sebelum ada "Merdeka Walk", di Lapangan Merdeka, terkenal dengan tempat orang jual obat (obat koyok). Jual obat entah apa-apa, sampe ilmu kebal dan obat "tahan lama". Tapi tak ada yang jual obat "tahan lama" direpetin omak di rumah. Macam saja yang dikoyokkan, untuk menarik minat pengunjung iseng.
Nah, di tempat inilah banyak salon DPR tadi. Harganya murah. Cukup limpul !

Bahkan, yang lebih murah lagi, kadang-kadang ada saja lewat di depan rumah tukang pangkas keliling. Di daerah Komat (Kota Maksum), banyak ajo-ajo yang berprofesi tukang pangkas keliling. Perabotan dinasnya, tas echolac hitam, persis direktur, serta kursi kayu lipat, kayak kursi sutradara film !
Harga pangkasnya pun, bisa tawar menawar. Makin sore, harganya makin murah. Jadi pangkaslah diwaktu sore... bisa-bisa modelnya compang-camping, tak rata trambut dipangkas karena menjelang magrib, gelap, tak kelihatan sama si ajo.
Biasanya, tukang pangkas keliling, sering untuk anak kecil, kepalanya ditutup batok kelapa atau baskom, biar potongannya melingkar, disikat pakai ketam...

Kalau ke salon, bisanya pergi ke pajak Hongkong, sembari beli kaset lagu import, bahkan banyak dijual piringan hitam. Model rambut, waktu itu, niru penyanyi David Casiddy dan David Bowie, gaya sisiran belah tengah ! Harganya cukup mahal, cepek !
Apalagi ditambah setelan baju biru dengan benang merah dan celana jins ajo sukarame, wah mantaffffff ! Persis kayak knek Damri !

Tapi kalau pangkas gratis....
Gampang......
Panjangkan saja rambut sampai kerah.....
Lalu jalan melenggang di depan pak H
Maka dalam tempo sesingkat-singkatnya, kayak teks proklamasi saja, tangan pak H cepat menyambar. Secepat kilat: "Sreek ! Sreeek !"
Bereslah, rambut awak bocel-bocel disikat gunting pak H.
Maklum, waktu itu beliau wakil Kepala Sekolah.
Kalau sudah begini mau model apa lagi?
Terpaksalah... pergi ke jalan Antara. Karena waktu dirazia rambut, tak tertolong lagi mau dipangkas model apa, jadi kepalang tanggung, dibotakin sajalah... !
( Iya kan Karim, Afriadi, Hilman? )
Menderitanya awakni...
kepala botak persis pentul korek api...!

5 komentar: